Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) memberikan sumbangan terbesar pada inflasi Agustus yang mencapai 0,76 persen.

Deputi Bidang Statistik BPS Subagio Dwijosumono di Jakarta, Rabu, menjelaskan kenaikan TDL telah memberi andil terbesar pada inflasi yaitu sebesar 0,35 persen.

"Kemarin-kemarin kami menyampaikan simulasi, tapi kami sudah terima langsung dari Menteri ESDM ketentuan kenaikan TDL dan memakainya untuk menghitung inflasi," katanya.

Subagio menjelaskan dampak kenaikan TDL terhadap inflasi di masing-masing kota yang diamati berbeda-beda tergantung komposisi pelanggan PLN.

"Kami menghitung yang tertimbang yaitu berapa rumah tangga yang mengkonsumsi listrik 1.300 VA dan 2.200 VA. Masing-masing kota beda-beda maka dampaknya pada masing-masing kota beda-beda," jelasnya.

Subagio menyebutkan dampak TDL terhadap inflasi yang terendah terjadi di Kota Pematang Siantar dan yang tertinggi di Kota Palu.

Selain kenaikan TDL, inflasi juga didorong oleh kenaikan harga besar yang cukup tinggi secara nasional. "Beras masih mengalami kenaikan cukup tinggi, rata-rata nasional 4,3 persen dan memberi andil pada inflasi sebesar 0,20 persen," tuturnya.

Kenaikan harga beras tertinggi terjadi di Kota Cirebon dan Gorontalo serta Sukabumi yang kenaikannya mencapai 11 persen.

Hal lain yang menyumbang pada inflasi cukup besar adalah harga ikan segar, biaya angkutan udara, daging ayam ras, biaya pendidikan SD dan SLTA, harga daging sapi, biaya pendidikan SLTP serta makanan jadi berupa nasi dan lauk pauk.

Meski banyak faktor mendorong angka inflasi bulan Agustus, namun inflasi tidak sampai menembus satu persen karena masih ada inflasi di beberapa kota yang dipengaruhi turunnya harga barang tertentu.

"Yang hambat inflasi, penyebab deflasi itu cabe merah harganya turun 17,73 persen dan memberi deflasi 0,19 persen, bawang merah turun 13,06 persen, harga tomat sayur dan emas perhiasan turun juga," tuturnya.
(E014/B010)