Jakarta (ANTARA News) - Guru besar hukum internasional FHUI Prof Hikmahanto Juwana meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tegas, lugas, dan jelas dalam menyampaikan keterangannya di Mabes TNI terkait dengan ketegangan hubungan antara Indonesia dan Malaysia.

"Presiden diharap tidak mengulang penyampaian keterangan atas rekomendasi Tim-8 dalam kasus Bibit Chandra yang kurang tegas, kurang lugas dan terbuka untuk diinterpretasi," kata Hikmahanto di Jakarta, Rabu.

Menurut Hikmahanto, ketegasan dibutuhkan untuk dua hal. Pertama, agar Malaysia, terutama pemerintah dan aparatnya, tidak melecehkan bangsa dan negara Indonesia, termasuk aparat dan warga negaranya. Kedua agar publik Indonesia percaya bahwa pemerintah membawa kemarahan publik pada pemerintah Malaysia.

"Presiden diharapkan lugas sehingga keterangannya tidak ada kesan `ewuh pakewuh` terhadap pemerintah Malaysia. Ketidak-lugasan akan memunculkan kesan di publik Indonesia bahwa Presiden lebih menenggang perasaan Malaysia daripada perasaan rakyatnya sendiri," katanya.

Presiden diharapkan jelas dalam menyampaikan pernyataan-pernyataan. Sehingga pernyataan-pernyataan tersebut tidak perlu diterjemahkan atau diinterpretasi lagi oleh pemerintah dan publik Malaysia maupun publik Indonesia, katanya lagi.

Hikmahanto mengingatkan Presiden bahwa keterangannya bisa menjadi tonggak baru dalam sejarah hubungan antar kedua negara. Di samping itu, keterangan tersebut harus dapat meredam kemarahan publik di Indonesia dalam beberapa waktu ini sehingga hubungan kondusif antar rakyat kedua negara dapat dijaga.
ANT/A017/s018