Srinagar, India (ANTARA News) - Tentara India menewaskan sembilan tersangka gerilyawan saat mereka berusaha masuk ke dalam wilayah perbatasan de fakto dengan Pakistan, yang membagi wilayah bergolak Kashmir, demikian keterangan Angkatan Darat, Senin.
Di tempat lain di Kashmir yang dikuasai India , kerusuhan baru membuat seorang anak laki-laki tewas dan 12 orang lagi cedera, ketika polisi melepaskan tembakan ke pemrotes anti-India dalam bentrokan terpisah.
"Angkatan Darat telah menggagalkan upaya besar penyusupan oleh sembilan tersangka gerilyawan garis keras yang berusaha menyusup ke dalam Kashmir (India) dari seberang Jalur Pemantauan (LoC)," kata jurubicara Angkatan Darat J.S. Brar.
Brar mengatakan baku-tembak meletus Ahad larut malam di sektor Uri di bagian barat Kashmir India dan berlanjut sepanjang malam, setelah tentara mengetahui sembilan gerilyawan berusaha menyusup di bawah naungan kegelapan.
"Operasi masih berlangsung di hutan lebat," kata Brar. Ia menambahkan balabantuan Angkatan Darat telah dikerahkan ke lokasi pertempuran.
India pada waktu lalu menuduh tentara Pakistan memberi perlindungan dengan melepaskan tembakan agar gerilyawan garis keras dapat masuk ke wilayah India. Namun Islamabad membantah tuduhan tersebut.
India dan Pakistan menyepakati gencatan senjata di sepanjang LoC pada 2003 dan memulai proses perdamaian pada 2004. Sejak itu, telah terjadi bentrokan sporadis dan kedua pihak saling tuduh bahwa masing-masing melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Seorang anak laki-laki Muslim meninggal dan empat orang lagi cedera ketika polisi melepaskan tembakan guna membubarkan pemrotes yang melempar baru selama demonstrasi anti-India di kota kecil Anantnag di bagian selatan wilayah tersebut, Senin malam, kata polisi.
Kematian anak itu membuat makin banyak orang yang turun ke jalan dan meneriakkan slogan seperti "Darah dibayar darah!"
Di Srinagar, ibu kota musim panas Kashmir India, enam orang cedera ketika polisi melepaskan tembakan.
(A011/A038)
Rusuh di Kashmir Akibatkan 10 Tewas
31 Agustus 2010 08:15 WIB
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: