Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin sorer terus terpuruk hingga menjauhi level Rp9.000 per dolar, karena makin aktif melepas rupiah dan membeli dolar, karena mata uang asing itu menguat di pasar regional.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar merosot menjadi Rp9.010-Rp9.020 per dolar dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp8.985-Rp8.995 atau turun 25 poin.

Direktur Retail Banking, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, posisi rupiah yang terus terpuruk hingga di atas Rp9.000 per dolar, karena memang dikehendaki pemerintah.

Pemerintah menilai posisi rupiah dibawah Rp9.000 per dolar akan mengurangi pendapatan negara dari ekspor, karena produk yang dijual di pasar kurang kompetitip

"Kami memperkirakan pemerintah akan mempertahankan pendapatan negara dari ekspor agar tetap tinggi, karena itu pemerintah tidak mau mengorbankannya, tuturnya.

Selain itu, menurut dia, aksi lepas yang makin kuat itu, karena pelaku asing sangat khawatir dengan ekonomi global yang masih tak menentu, ucapnya.

Pelaku asing, lanjut dia yang aktif melepas rupiah juga menanti laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai laju inflasi Agustus 2010 yang diperkirakan akan lebih tinggi dibanding bulan lalu.

Asing memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menyesuaikan suku bunga acuannya (BI Rate) apabila kenaikan laju inflasi itu harus diatasi dengan suku bunga acuannya, katanya.

Menurut dia, rupiah yang terus terpuruk kemungkinan masih akan terjadi, karena kondisi pasar makin melesu, meski di pasar internal kondisi ekonomi makro Indonesia masih tetap bagus.

"Kami memperkirakan rupiah masih akan terkoreksi pada Selasa mendatang, karena sentimen negatif makin meningkat," ucapnya.

Rupiah, lanjut dia akan terus melemah hingga mendekati angka Rp9.050 per dolar.
Sentimen negatif yang terus terjadi merupakan faktor utama yang menekan rupiah makin merosot, ujarnya.
(h-CS/A024)