Jakarta (ANTARA) - Lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang zakat Rumah Sosial Kutub di Jakarta mengumpulkan limbah minyak jelantah dari masyarakat untuk didaur ulang menjadi biodiesel 100 persen (B100). "Minyak jelantah tidak bisa diolah lagi untuk dikonsumsi karena mengandung racun, sehingga kami kumpulkan untuk difokuskan menjadi material membuat biodisel," kata Kepala Program Sedekah Minyak Jelantah Rumah Sosial Kutub Afiq Hidayatullah saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Afiq menjelaskan pihaknya mengedukasi masyarakat agar tidak lagi membuang minyak jelantah sembarangan ke saluran air karena dapat mencemari lingkungan, tetapi mengumpulkannya ke dalam jerigen agar memudahkan proses penjemputan.

Aksi mengumpulkan minyak jelantah kini telah berada di Jabodetabek, Tegal, Cirebon hingga Yogyakarta. Pada 2020, minyak jelantah yang terkumpul mencapai 100 ribu liter dari wilayah Jabodetabek.

"Tahun ini kami menargetkan bisa mengumpulkan empat kali lipat minyak jelantah," kata Afiq.


Baca juga: Minyak jelantah mampu penuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional
Skema penjemputan dilakukan secara by order. Masyarakat mengumpulkan minyak jelantah ke dalam lima jerigen ukuran 18 liter, jika jerigen sudah penuh maka tim dari Rumah Sosial Kutub akan menjemput minyak jelantah tersebut.

"Total dana sedekah yang dapat dikelola dari satu jerigen 18 liter untuk program sosial pemberdayaan masyarakat sebesar Rp135 ribu," kata nya.

Minyak jelantah yang telah terkumpul di Collection Point kemudian dikirim ke Eropa untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif berupa B100.

Harga minyak jelantah Rp8.000 per liter, jika sudah menjadi B100 harganya naik Rp22.000 per liter.

"Sebanyak 96-98 persen dari minyak jelantah bisa diolah menjadi B100 dengan nol persen emisi. Produk B100 itu dipakai di negara-negara Uni Eropa, seperti Jerman dan Belanja karena untuk teknologi di Indonesia paling tinggi B40," kata Afiq.


Baca juga: Indonesia perlu fokus kembangkan usaha pengolahan minyak jelantah
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat Indonesia termasuk salah satu negara pengguna minyak sawit terbanyak di dunia yakni 16,2 juta kiloliter per tahun, sehingga mampu menghasilkan potensi minyak jelantah 3 juta kiloliter untuk memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional.

Pemerintah memperkirakan subsidi atau insentif tambahan untuk program mandatori biodiesel 30 Persen (B30) pada tahun ini mencapai Rp46 triliun.

Minyak jelantah dapat menjadi solusi energi di tengah melambungnya harga sawit mentah di pasar saat ini yang berada pada kisaran 4.000 ringgit Malaysia per ton.

Berdasarkan analisa biodisel berpotensi mengurangi 91,7 persen emisi karbon dibandingkan solar, sehingga bahan bakar jenis ini dinilai lebih ramah ketimbang energi fosil.


Baca juga: DLHK Pekanbaru olah minyak jelantah jadi biodisel

Baca juga: Di tangan KSM Ramah Lingkungan Tarakan, minyak jelantah jadi biodiesel

Baca juga: Warga Muara Angke olah minyak jelantah jadi bio solar