BRIN: Perbanyak platform global untuk kerja sama dengan luar negeri
27 Mei 2021 21:28 WIB
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko berbicara dalam Webinar "Ekosistem Inovasi Teknologi Penanganan COVID-19: Peta dan Upaya Penguatannya", Jakarta, Rabu (19/05/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan perlu memperbanyak skema platform global untuk pelaksanaan kerja sama BRIN dengan pihak luar negeri ke depannya.
"Melalui skema global platform ini diharapkan akan menarik banyak global talents untuk melakukan kerja sama di Indonesia," kata Handoko dalam keterangannya, Jakarta, Kamis.
Selain itu, Handoko menuturkan Indonesia juga harus berperan aktif untuk membantu negara yang tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan inovasi di bawah Indonesia dengan memanfaatkan skema yang ada di Kementerian Luar Negeri, misalnya menyelenggarakan pelatihan tema tertentu di Indonesia, sehingga peserta dari mitra luar negeri juga akan mendapatkan pengalaman kehidupan tinggal di Indonesia selain belajar yang terkait bidang keilmuannya.
Baca juga: Kepala BRIN dorong kontribusi swasta dalam sektor riset
Menurut Handoko, keanggotaan Indonesia pada organisasi internasional sebaiknya disesuaikan dengan prioritas nasional dan yang memberikan manfaat optimal.
"Jika kontribusi keanggotaan harus dibayarkan oleh instansi penjuru, kita harus memperbanyak keuntungan Indonesia dalam berbagai bentuk, tidak harus dalam bentuk cash, melainkan juga berupa global engagement pada fasilitas riset yang dimiliki Indonesia, seperti kapal riset, stasiun angkasa," tutur Kepala BRIN.
Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik (KSKP) BRIN Nada Marsudi mengatakan saat ini terhitung ada lebih dari 15 negara yang aktif menjalin kerja sama dengan BRIN, di antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, Perancis, India, Iran, Belarus, Australia, Austria, Turki, Belanda, Irlandia, Armenia, Vietnam dan Filipina.
Baca juga: Kepala BRIN harapkan peningkatan kerja sama dengan Jepang
Untuk mengawal dan memonitor pelaksanaan kerja sama bilateral, ada skema Pertemuan Komite Bersama di Bidang Iptek dan Inovasi yang secara rutin dilaksanakan setiap tahun atau dua tahun sekali sesuai dengan kesepakatan antar negara.
Kerja sama bilateral mencakup antara lain kerja sama riset bersama, pertukaran peneliti atau para ahli serta bentuk kerja sama lainnya, dan program andalan dari setiap negara, misalnya Program Nusantara dengan Perancis, Program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) dengan Jepang, dan Program Newton Fund dengan Inggris.
Sedangkan untuk kerja sama regional dan multilateral, BRIN secara aktif menjadi anggota dan perwakilan Indonesia di ASEAN Committee on Science, Technology and Innovation (COSTI), APEC Policy Partnership on Science, Technology and Innovation (PPSTI), Center for Science and Technology of the Non-Aligned and Other Developing Countries (NAM S&T Center), International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Science and Technology in Society (STS) Forum, G20, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) serta beberapa organisasi internasional lainnya.
Baca juga: BRIN: Pemerataan pendidikan-pengembangan SDM poin penting bagi Papua
"Melalui skema global platform ini diharapkan akan menarik banyak global talents untuk melakukan kerja sama di Indonesia," kata Handoko dalam keterangannya, Jakarta, Kamis.
Selain itu, Handoko menuturkan Indonesia juga harus berperan aktif untuk membantu negara yang tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan inovasi di bawah Indonesia dengan memanfaatkan skema yang ada di Kementerian Luar Negeri, misalnya menyelenggarakan pelatihan tema tertentu di Indonesia, sehingga peserta dari mitra luar negeri juga akan mendapatkan pengalaman kehidupan tinggal di Indonesia selain belajar yang terkait bidang keilmuannya.
Baca juga: Kepala BRIN dorong kontribusi swasta dalam sektor riset
Menurut Handoko, keanggotaan Indonesia pada organisasi internasional sebaiknya disesuaikan dengan prioritas nasional dan yang memberikan manfaat optimal.
"Jika kontribusi keanggotaan harus dibayarkan oleh instansi penjuru, kita harus memperbanyak keuntungan Indonesia dalam berbagai bentuk, tidak harus dalam bentuk cash, melainkan juga berupa global engagement pada fasilitas riset yang dimiliki Indonesia, seperti kapal riset, stasiun angkasa," tutur Kepala BRIN.
Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik (KSKP) BRIN Nada Marsudi mengatakan saat ini terhitung ada lebih dari 15 negara yang aktif menjalin kerja sama dengan BRIN, di antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, Perancis, India, Iran, Belarus, Australia, Austria, Turki, Belanda, Irlandia, Armenia, Vietnam dan Filipina.
Baca juga: Kepala BRIN harapkan peningkatan kerja sama dengan Jepang
Untuk mengawal dan memonitor pelaksanaan kerja sama bilateral, ada skema Pertemuan Komite Bersama di Bidang Iptek dan Inovasi yang secara rutin dilaksanakan setiap tahun atau dua tahun sekali sesuai dengan kesepakatan antar negara.
Kerja sama bilateral mencakup antara lain kerja sama riset bersama, pertukaran peneliti atau para ahli serta bentuk kerja sama lainnya, dan program andalan dari setiap negara, misalnya Program Nusantara dengan Perancis, Program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) dengan Jepang, dan Program Newton Fund dengan Inggris.
Sedangkan untuk kerja sama regional dan multilateral, BRIN secara aktif menjadi anggota dan perwakilan Indonesia di ASEAN Committee on Science, Technology and Innovation (COSTI), APEC Policy Partnership on Science, Technology and Innovation (PPSTI), Center for Science and Technology of the Non-Aligned and Other Developing Countries (NAM S&T Center), International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Science and Technology in Society (STS) Forum, G20, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) serta beberapa organisasi internasional lainnya.
Baca juga: BRIN: Pemerataan pendidikan-pengembangan SDM poin penting bagi Papua
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021
Tags: