Warga korban banjir di Sembakung menolak dievakuasi
27 Mei 2021 17:50 WIB
Relawan dan petugas dari kepolisian dan TNI melakukan patroli dengan meminta warga terdampak banjir, agar waspada terhadap banjir di Sembakung, Nunukan, Kaltara yang naik sewaktu-waktu, Kamis (27/5/2021) (ANTARA)
Nunukan (ANTARA) - Selama terjadi banjir yang merendam Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) sejak 20 Mei 2021, warga yang terdampak menolak dievakuasi ke tempat-tempat lebih tinggi atau aman dengan alasan harus menjaga harta bendanya.
Ketua Kampung Siaga Bencana (KSB) Kecamatan Sembakung Abdullah melalui telepon selulernya, Kamis, membenarkan ratusan kepala keluarga (KK) yang terendam banjir masih menolak untuk dievakuasi.
Padahal, kata dia, Pemkab Nunukan telah menyediakan puluhan tenda darurat khusus bagi warga yang menjadi korban banjir ini yang didirikan pada lokasi yang lebih aman.
"Ratusan kepala keluarga yang terdampak banjir menolak untuk dievakuasi pada tenda-tenda darurat," ujar Abdullah.
Warga pada delapan desa di Kecamatan Sembakung yang terendam banjir memilih bertahan di rumahnya, meskipun air bah telah masuk di area rumah dengan ketinggian hingga satu meter.
Abdullah menyatakan warga bertahan di rumah masing-masing dengan membuat tempat istirahat yang lebih tinggi dalam rumahnya untuk mengamankan keluarga dan harta bendanya.
Ketinggian air telah mencapai 4,95 meter dan diperkirakan akan terus bertambah, mengingat di wilayah Sabah, Malaysia yang menjadi hulu Sungai Sembakung ini masih berlangsung hujan.
Delapan desa di Kecamatan Sembakung yang terdampak banjir adalah Butas Bagu, Lubak, Pagar, Tanjung (Kampung Lama), Manuk Bungkul, Atap, Lubakan dan Tagul.
Menurut Abdullah, data kondisi air di kecamatan itu pada Kamis (27/5) pukul 12.00 WITA.
Upaya untuk menjaga keamanan bagi warga yang memilih bertahan di rumahnya, petugas dari relawan bencana bersama petugas kepolisian dan TNI melakukan patroli dan mengajak warga, agar tetap waspada jika sewaktu-waktu air naik dan menjaga diri dari binatang buas.
Baca juga: Ratusan rumah warga di Sembakung terendam banjir kiriman dari Malaysia
Baca juga: Delapan desa di Nunukan lumpuh akibat banjir
Ketua Kampung Siaga Bencana (KSB) Kecamatan Sembakung Abdullah melalui telepon selulernya, Kamis, membenarkan ratusan kepala keluarga (KK) yang terendam banjir masih menolak untuk dievakuasi.
Padahal, kata dia, Pemkab Nunukan telah menyediakan puluhan tenda darurat khusus bagi warga yang menjadi korban banjir ini yang didirikan pada lokasi yang lebih aman.
"Ratusan kepala keluarga yang terdampak banjir menolak untuk dievakuasi pada tenda-tenda darurat," ujar Abdullah.
Warga pada delapan desa di Kecamatan Sembakung yang terendam banjir memilih bertahan di rumahnya, meskipun air bah telah masuk di area rumah dengan ketinggian hingga satu meter.
Abdullah menyatakan warga bertahan di rumah masing-masing dengan membuat tempat istirahat yang lebih tinggi dalam rumahnya untuk mengamankan keluarga dan harta bendanya.
Ketinggian air telah mencapai 4,95 meter dan diperkirakan akan terus bertambah, mengingat di wilayah Sabah, Malaysia yang menjadi hulu Sungai Sembakung ini masih berlangsung hujan.
Delapan desa di Kecamatan Sembakung yang terdampak banjir adalah Butas Bagu, Lubak, Pagar, Tanjung (Kampung Lama), Manuk Bungkul, Atap, Lubakan dan Tagul.
Menurut Abdullah, data kondisi air di kecamatan itu pada Kamis (27/5) pukul 12.00 WITA.
Upaya untuk menjaga keamanan bagi warga yang memilih bertahan di rumahnya, petugas dari relawan bencana bersama petugas kepolisian dan TNI melakukan patroli dan mengajak warga, agar tetap waspada jika sewaktu-waktu air naik dan menjaga diri dari binatang buas.
Baca juga: Ratusan rumah warga di Sembakung terendam banjir kiriman dari Malaysia
Baca juga: Delapan desa di Nunukan lumpuh akibat banjir
Pewarta: Rusman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021
Tags: