Akademisi: Gerhana bulan momentum untuk bersyukur
26 Mei 2021 22:26 WIB
Tim observatorium melaksanakan shalat sunnah khusuf atau shalat gerhana bulan di Observatorium Jokotole IAIN Madura, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (26/5/2021). ANTARA FOTO/Saiful Bahri/rwa.
Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto Muridan mengingatkan bahwa fenomena Gerhana Bulan Total merupakan momentum untuk bersyukur karena telah menjadi bagian dari alam semesta.
"Fenomena gerhana bulan malam ini momentum bersyukur menjadi salah satu bagian dari alam semesta yang merupakan ciptaan Allah SWT," katanya di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.
Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto itu juga menambahkan fenomena gerhana tersebut juga momentum untuk mengakui keagungan Allah SWT.
"Ini juga kesempatan untuk berdoa agar terhindar dari bahaya yang ditimbulkan beribadah serta berbagi kepada sesama sebagai bukti atas penghambaan kepada-Nya," katanya.
Baca juga: BMKG: Gerhana bulan total terlihat jelas di Banjarnegara
Baca juga: Warga Yogyakarta antusias saksikan "super blood moon"
Dia menambahkan bahwa di dalam Al Quran telah diungkapkan bahwa fenomena terjadinya siang dan malam, juga keberadaan Bumi, Matahari dan Bulan adalah ciptaan-ciptaan Allah SWT.
"Semuanya diciptakan menurut aturan-aturan-Nya. Gerhana oleh ahli ilmu alam disebut dengan hukum alam, atau yang dinamakan dengan istilah sunnatullah. Semuanya berada di bawah kekuasaan dan pemeliharaan Allah dan tidak ada seorangpun yang mampu mengubah atau mengganti sunnatullah tersebut," katanya.
Dia menambahkan bahwa fenomena gerhana mengingatkan bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari keseluruhan alam semesta ini.
"Karena itu fenomena ini sebagai pengingat untuk tunduk pada keagungan Allah SWT," katanya.
Bukti ketundukan tersebut, kata dia, harus diwujudkan dalam bentuk ungkapan rasa syukur dan juga beribadah.
"Bukan hanya ibadah shalat gerhana atau khusuf, tetapi juga Ibadah-ibadah lainnya. Ibadah ini harus harus mewujud dalam kehidupan nyata dan dapat dirasakan secara sosial," katanya.
Ibadah dimaksud, kata dia, adalah yang melahirkan individu yang gemar bersedekah dan gemar berbagi dengan sesama.
"Terlebih di era pandemi seperti sekarang, ketika dampak ekonomi begitu dirasakan berbagai lapisan masyarakat, ini momentum yang tepat untuk saling berbagi," katanya.*
Baca juga: Warga Kota Sorong berbondong-bondong nonton gerhana bulan
Baca juga: Terapkan prokes warga Kota Cirebon tunaikan shalat gerhana
"Fenomena gerhana bulan malam ini momentum bersyukur menjadi salah satu bagian dari alam semesta yang merupakan ciptaan Allah SWT," katanya di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.
Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto itu juga menambahkan fenomena gerhana tersebut juga momentum untuk mengakui keagungan Allah SWT.
"Ini juga kesempatan untuk berdoa agar terhindar dari bahaya yang ditimbulkan beribadah serta berbagi kepada sesama sebagai bukti atas penghambaan kepada-Nya," katanya.
Baca juga: BMKG: Gerhana bulan total terlihat jelas di Banjarnegara
Baca juga: Warga Yogyakarta antusias saksikan "super blood moon"
Dia menambahkan bahwa di dalam Al Quran telah diungkapkan bahwa fenomena terjadinya siang dan malam, juga keberadaan Bumi, Matahari dan Bulan adalah ciptaan-ciptaan Allah SWT.
"Semuanya diciptakan menurut aturan-aturan-Nya. Gerhana oleh ahli ilmu alam disebut dengan hukum alam, atau yang dinamakan dengan istilah sunnatullah. Semuanya berada di bawah kekuasaan dan pemeliharaan Allah dan tidak ada seorangpun yang mampu mengubah atau mengganti sunnatullah tersebut," katanya.
Dia menambahkan bahwa fenomena gerhana mengingatkan bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari keseluruhan alam semesta ini.
"Karena itu fenomena ini sebagai pengingat untuk tunduk pada keagungan Allah SWT," katanya.
Bukti ketundukan tersebut, kata dia, harus diwujudkan dalam bentuk ungkapan rasa syukur dan juga beribadah.
"Bukan hanya ibadah shalat gerhana atau khusuf, tetapi juga Ibadah-ibadah lainnya. Ibadah ini harus harus mewujud dalam kehidupan nyata dan dapat dirasakan secara sosial," katanya.
Ibadah dimaksud, kata dia, adalah yang melahirkan individu yang gemar bersedekah dan gemar berbagi dengan sesama.
"Terlebih di era pandemi seperti sekarang, ketika dampak ekonomi begitu dirasakan berbagai lapisan masyarakat, ini momentum yang tepat untuk saling berbagi," katanya.*
Baca juga: Warga Kota Sorong berbondong-bondong nonton gerhana bulan
Baca juga: Terapkan prokes warga Kota Cirebon tunaikan shalat gerhana
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: