Surabaya (ANTARA News) - Perusahaan minyak dan gas PT Pertamina Region V memproyeksi ksumsi elpiji masyarakat di wilayahnya meningkat 10 persen seiring besarnya permintaan pasar selama Ramadhan 1431 Hijriyah.

"Untuk pemenuhan elpiji di wilayah ini, kami telah menyiapkan sejumlah agen elpiji baik 3 kilogram, 12 kilogram, maupun beberapa unit Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bahan Bakar Elpiji/SPBBE," kata General Manager BBM Retail PT Pertamina Region V, M. Iskandar, di Surabaya, Selasa.

Ia merinci, ketersediaan pasokan elpiji di Jatim didukung oleh 520 agen elpiji 3 kilogram. Selain itu, keberadaan 63 agen elpiji berukuran 12 kilogram. Bahkan, 57 unit Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bahan Bakar Elpiji/SPBBE.

"Ketersediaan elpiji di sejumlah agen 3 kilogram, 12 kilogram, dan SPBBE tersebut diharapkan dapat memenuhi konsumsi rata - rata masyarakat di Jatim yang mencapai 2.000 metrik ton per hari," ujarnya.

Kalau di Bali, ia menyebutkan, didukung oleh 49 agen elpiji 3 kilogram, 24 agen elpiji 12 kilogram, dan 4 unit SPBBE. Sementara, konsumsi rata - ratanya mencapai 350 metrik ton per hari.

"Untuk NTB, ada 3 agen elpiji 3 kilogram, 9 agen elpiji 12 kilogram, dan 1 unit SPBBE," katanya.

Mengenai harga jual yang diberlakukan, ia mengaku, kini elpiji 3 kilogram memiliki harga jual Rp4.250,00 perkilogram dan elpiji 12 kilogram dijual Rp5.850,00 perkilogram.

"Untuk elpiji 50 kilogram Pertamina memberlakukan harga tebus sebesar Rp7.355,00 perkilogram," katanya.

Di samping itu, untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, ia menyatakan, tetap mengoperasionalkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji/SPBE COCO pada hari H. Namun, tambah dia, SPBE swasta akan libur hari H. Setelah itu, mereka melakukan pelayanan seperti biasa.

"Khusus gerai penjual elpiji, Pertamina telah meminta agen untuk meningkatkan stok di gudangnya dan menyiapkan SPBU untuk penjualan elpiji serta bekerja sama dengan Indomaret," katanya.

Terkait kebutuhan minyak tanah, ulas dia, pada tahun lalu konsumsi minyak tanah di daerah tujuan mudik seperti Bojonegoro, Pasuruan, dan Tuban menjelang Lebaran umumnya mengalami peningkatan. Sementara, di kota besar seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik menurun.

"Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan minyak tanah kami berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat jika perlu dilakukan operasi pasar di wilayah yang masih belum `dry` minyak tanah," katanya.

Apalagi, lanjut dia, sejak tahun 2009 ia telah menyediakan layanan minyak tanah nonsubsidi bagi pengguna di wilayah yang telah "dry" minyak tanah. Sampai saat ini, di Jatim terdapat 25 kabupaten/kota yang berstatus "dry" minyak tanah dan memiliki 59 agen minyak tanah nonsubsidi.(*)
(ANT-071/R009)