Pembelian SBN oleh BI untuk pembiayaan APBN capai Rp108,43 triliun
25 Mei 2021 17:45 WIB
Ilustrasi - Nasabah membeli Sukuk Tabungan (ST) Seri ST006 melalui aplikasi BNI Mobile Banking di Jakarta. Pemerintah menerbitkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel terakhir tahun 2019 secara daring, yakni Sukuk Tabungan (ST) seri ST006 dengan bunga sebesar 6,75 persen dengan minimal pemesanan sebesar Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar melalui mitra distribusi hingga (21/11) mendatang. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww/pri.
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk pembiayaan APBN hingga 21 Mei 2021 telah mencapai Rp108,43 triliun.
"Bank Indonesia juga melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana sebagai bagian dari sinergi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah untuk pendanaan APBN 2021," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan pembelian Rp108,43 triliun pada 2021 itu mencakup mekanisme lelang utama sebesar Rp32,97 triliun dan mekanisme Greenshoe Option (lelang tambahan) senilai Rp75,46 triliun.
Perry memastikan sinergi erat dengan otoritas fiskal akan terus berjalan dengan baik untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional serta mendukung pendanaan APBN 2021.
"Kami akan terus melakukan koordinasi yang erat, agar kebijakan fiskal dan moneter tetap prudent, stabilitas makro ekonomi dan pemulihan ekonomi tetap berjalan," katanya.
Dalam kesempatan ini, ia juga menyampaikan penambahan likuiditas (quantitative easing) yang dilakukan bank sentral di perbankan pada 2021 telah mencapai Rp88,91 triliun untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Saat ini, kondisi likuiditas perbankan lebih dari cukup, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi yakni 33,67 persen dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,94 persen (yoy).
Selain itu, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan Maret 2021 tetap tinggi sebesar 24,05 persen, dan rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah, yakni 3,17 persen (bruto) dan 1,02 persen (neto).
Baca juga: BI pertahankan suku bunga acuan 3,5 persen
Baca juga: BI yakini penyaluran kredit perbankan tumbuh mulai triwulan II 2021
Baca juga: IHSG ditutup menguat jelang libur Hari Raya Waisak
"Bank Indonesia juga melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana sebagai bagian dari sinergi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah untuk pendanaan APBN 2021," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan pembelian Rp108,43 triliun pada 2021 itu mencakup mekanisme lelang utama sebesar Rp32,97 triliun dan mekanisme Greenshoe Option (lelang tambahan) senilai Rp75,46 triliun.
Perry memastikan sinergi erat dengan otoritas fiskal akan terus berjalan dengan baik untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional serta mendukung pendanaan APBN 2021.
"Kami akan terus melakukan koordinasi yang erat, agar kebijakan fiskal dan moneter tetap prudent, stabilitas makro ekonomi dan pemulihan ekonomi tetap berjalan," katanya.
Dalam kesempatan ini, ia juga menyampaikan penambahan likuiditas (quantitative easing) yang dilakukan bank sentral di perbankan pada 2021 telah mencapai Rp88,91 triliun untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Saat ini, kondisi likuiditas perbankan lebih dari cukup, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi yakni 33,67 persen dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,94 persen (yoy).
Selain itu, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan Maret 2021 tetap tinggi sebesar 24,05 persen, dan rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah, yakni 3,17 persen (bruto) dan 1,02 persen (neto).
Baca juga: BI pertahankan suku bunga acuan 3,5 persen
Baca juga: BI yakini penyaluran kredit perbankan tumbuh mulai triwulan II 2021
Baca juga: IHSG ditutup menguat jelang libur Hari Raya Waisak
Pewarta: Satyagraha
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: