Brussels (ANTARA) - Ketegangan Uni Eropa dengan mantan anggotanya, Inggris, bukan karena masalah dengan protokol Irlandia Utara yang disetujui oleh kedua belah pihak, tetapi karena keluarnya Inggris dari EU (Brexit).

Hal itu disampaikan oleh kepala eksekutif EU, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Selasa.

Ursula von der Leyen mengatakan pada konferensi pers setelah hari pertama konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa di Brussel bahwa seluruh 27 negara anggota EU setuju bahwa tidak ada alternatif untuk implementasi protokol Irlandia Utara secara lengkap dan benar.

Baca juga: Lebih dari seperlima eksportir kecil Inggris hentikan penjualan ke EU
Baca juga: Ekspor Inggris ke Uni Eropa anjlok 68 persen sejak kesepakatan Brexit


"Seharusnya tidak ada keraguan bahwa tidak ada alternatif untuk implementasi protokol yang lengkap dan benar," katanya.

"Penting untuk menegaskan kembali bahwa protokol ini adalah satu-satunya solusi yang mungkin untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di Irlandia Utara sambil melindungi integritas pasar tunggal Uni Eropa," ujar von der Leyen.

"Jika kita melihat masalah hari ini, kita tidak boleh lupa bahwa masalah-masalah ini tidak berasal dari protokol itu tetapi hasil dari Brexit, itulah alasan mengapa masalah itu ada," lanjutnya.

Selama negosiasi Brexit, Uni Eropa dan Inggris menyetujui Protokol Irlandia Utara yang menyatakan bahwa tidak akan ada pemeriksaan baru atas barang yang melintasi perbatasan antara Irlandia Utara-- yang merupakan bagian dari wilayah Inggris Raya-- dan Republik Irlandia. Protokol itu bertujuan untuk menghindari batas keras antara Irlandia Utara dan Repubrlik Irlandia serta memastikan integritas pasar tunggal Uni Eropa.

Sumber: Reuters

Baca juga: Jerman: Inggris harus hormati protokol Irlandia Utara
Baca juga: EU batalkan rencana pembatasan ekspor vaksin lewat perbatasan Irlandia
​​​​​