Di tengah pandemi COVID-19, DBD di Karawang-Jabar capai 278 kasus
24 Mei 2021 19:54 WIB
Petugas kesehatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sedang melaksanakan pengasapan (fogging) guna memberantas sarang nyamuk penyebab penyakit DBD. (FOTO ANTARA/dok.)
Karawang, Jabar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Jawa Barat menyatakan kasus demam berdarah dengue (DBD) di tengah pandemi COVID-19 pada 2021 ini cukup tinggi, yakni mencapai sebanyak 278 kasus sejak awal tahun hingga pekan terakhir Mei 2021.
"Kasus DBD ini tersebar di sejumlah kecamatan di Karawang," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Karawang, Nanik Jodjana, di Karawang, Senin.
Ia mengatakan dari 30 kecamatan di Karawang, ada sejumlah kecamatan yang dianggap rawan penyebaran DBD.
Sejumlah kecamatan itu di antaranya Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang Barat, Karawang Timur, Kecamatan Klari dan Kecamatan Cikampek.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah secara rutin, terutama tempat penampungan air. Karena itu bisa menjadi sarang nyamuk.
Ia mengatakan kasus penyakit DBD itu sendiri terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.
Atas kondisi tersebut masyarakat perlu meningkatkan pola hidup bersih dan sehat, demikian Nanik Jodjana.
Baca juga: Ahli: Pencegahan DBD masa pandemi dengan turunkan vektor nyamuk
Baca juga: Dinkes Karawang temukan 63 kasus gizi buruk
Baca juga: Kemenkes: DBD masih mengintai saat pandemi COVID-19
Baca juga: Dinkes Karawang: COVID-19 sudah menyebar di 30 kecamatan
"Kasus DBD ini tersebar di sejumlah kecamatan di Karawang," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Karawang, Nanik Jodjana, di Karawang, Senin.
Ia mengatakan dari 30 kecamatan di Karawang, ada sejumlah kecamatan yang dianggap rawan penyebaran DBD.
Sejumlah kecamatan itu di antaranya Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang Barat, Karawang Timur, Kecamatan Klari dan Kecamatan Cikampek.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah secara rutin, terutama tempat penampungan air. Karena itu bisa menjadi sarang nyamuk.
Ia mengatakan kasus penyakit DBD itu sendiri terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.
Atas kondisi tersebut masyarakat perlu meningkatkan pola hidup bersih dan sehat, demikian Nanik Jodjana.
Baca juga: Ahli: Pencegahan DBD masa pandemi dengan turunkan vektor nyamuk
Baca juga: Dinkes Karawang temukan 63 kasus gizi buruk
Baca juga: Kemenkes: DBD masih mengintai saat pandemi COVID-19
Baca juga: Dinkes Karawang: COVID-19 sudah menyebar di 30 kecamatan
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: