Cilegon (ANTARA News) - Puluhan wartawan Cilegon meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kematian jurnalis dari SUN TV, Ridwan Salamu yang dikeroyok oleh kelompok di Tual, Maluku ketika sedang melakukan peliputan.
"Kami minta usut tuntas kasus dan tangkap pelaku pembunuhan kontributor SUN TV dan RCTI Ambon, Ridwan Salamu saat meliput pertikaian antar warga di Tual, Maluku, Provinsi Maluku Tenggara," kata, salah satu pendemo yang juga bekerja di AN TV, Anggit Gunadi, Minggu malam (22/8).
Masa yang melakukan orasi dengan membawa pamlet dan lilin dilakukan selama satu jam, dari pukul 21. 00 sampai 22. 00 WIB ini juga mendesak kepada aparat untuk memberikan perlindungan terhadap jurnalis ketika sedang melaksanakan tugas.
"Dari tahun ke tahun, kekerasan, intimidasi dan ancaman terhadap jurnalis angkanya terus meningkat," jelas Anggit.
Senada diungkapkan oleh kontributor RCTI, Wim Salim. Menurut dia, data yang dicatata oleh Aliansi Jurnalistik Independent menjelaskan bahwa kekerasan terhadap jurnalis jumlahnya bertambah dari tahun ke tahun.
Untuk Bulan Agustus tahun 2009 sampai dengan Agustus 2010, kekerasan, ancaman dan intimidasi terhadap jurnalis terus bertambah. "Bisa dibayangkan, kasus tahun ini tercatata 40, sedangkan tahun sebelumnya 38 kasus kekerasan terhadap jurnalis," ungkapnya.
Karena itu wajar jika jurnalis meminta aparat untuk mengusut tuntas kematian Ridwan, dan mengadili pelaku kekerasan tersebut.
"Hentikan kekerasan dan bentuk lainnya terhadap pekerja media, dan kami mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh siapapun terhadap jurnalis," teriak Wim.
Diketahui, Ridwan Salamu tewas ketika sedang melakukan tugas peliputan terhadap dua kelompok masa yang tengah bertikai. Ridwan meninggal karena kehabisan darah, dan luka parah di leher serta punggungnya akibat terkena bacokan. (ANT/K004)
Wartawan Cilegon Minta Polisi Usut Kematian Ridwan
23 Agustus 2010 01:42 WIB
Ilustrasi unjukrasa para wartawan atas terbunuhnya kontributor SUN TV dan RCTI saat meliput pertikaian antar warga di Tual,Maluku. (ANTARA/Yudhi Mahatma)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: