Jakarta (ANTARA) - Saham Hong Kong ditutup lebih rendah pada Senin, karena perusahaan material tergelincir setelah China meningkatkan intervensi di pasar komoditas, bahkan ketika saham terkait uang kripto menukik setelah tindakan keras terbaru Beijing.
Indeks Hang Seng turun 0,2 persen menjadi 28.412,26, sedangkan Indeks China Enterprises turun 0,6 persen menjadi 10.641,40 poin.
Memimpin penurunan, indeks bahan Hang Seng turun 2 persen, dengan Chalco dan Zijin Mining Group Co Ltd turun masing-masing 5,1 persen dan 3,3 persen.
Regulator pasar China memperingatkan perusahaan logam industri untuk mempertahankan "pesanan pasar normal" selama pembicaraan tentang kenaikan signifikan harga logam tahun ini, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) mengatakan pada hari Senin.
Investor berhati-hati menjelang rilis data konsumsi rumah tangga dan inflasi di AS, pada minggu ini.
Dijadwalkan sejumlah pejabat bank sentral AS Federal Reserve akan berbicara pada minggu ini, termasuk anggota Dewan Gubernur Fed yang berpengaruh Lael Brainard, dan pasar akan tertarik untuk mendengar apakah mereka tetap mempertahankan kebijakannya.
Saham-saham yang terkait dengan mata uang digital dan block-chain juga melemah, setelah China berjanji untuk menindak aktivitas penambangan dan perdagangan bitcoin.
Saham-saham perusahaan Okg Technology Holdings Ltd yang terdaftar di Hong Kong, yang merupakan afiliasi dari bursa kripto OK Coin, Huobi Tech, yang merupakan afiliasi dari bursa kripto, dan BC Technology Group jatuh antara 5 persen dan 22 persen.
Operator penambangan mata uang kripto, termasuk Huobi Mall dan BTC.TOP, menangguhkan operasi mereka di China setelah pernyataan Beijing tersebut.
Indeks teknologi Hang Seng berakhir 1,9 persen lebih rendah, dengan penyedia layanan kesehatan internet China JD Health International Inc kehilangan 6,3 persen.
Saham Hong Kong turun tertekan pelemahan material, uang kripto merosot
24 Mei 2021 16:22 WIB
Ilustrasi - Warga melintas di depan monitor pergerakan turun Indeks Hang Seng di Bursa Saham Hong Kong, China. ANTARA/REUTERS/Bobby Yip/am.
Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: