Jayapura (ANTARA News) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kota Jayapura, melalui ketuanya Victor Mambor, menduga kuat kematian salah satu wartawan di Merauke, Papua, karena dibunuh.

"Berdasarkan hasil investigasi AJI dan diperkuat oleh rilis yang dikeluarkan Markas Besar Polri di Jakarta, maka kuat dugaan kalau Ardiansah Matrais tewas karena dibunuh," kata Victor Mambor yang juga didampingi sekretarisnya Cunding Levi, kepada wartawan di Jayapura, Sabtu.

Ia menjelaskan, sejak awal mencuatnya kasus kematian Ardiansyah Matrais yang ditemukan tidak bernyawa di kali Maro, daerah gudang Arang, Merauke, pihaknya langsung melakukan investigasi dan menanyakan perihal kematian wartawan Merauke TV itu pada pihak kepolisian. Hanya saja hingga saat ini pihak Polda Papua tidak memberikan jawaban pasti.

"Justru Mabes Polri yang duluan mengeluarkan rilis tentang kematian Ardiansyah, yang salah satu isinya mengatakan korban masih hidup sebelum diceburkan dalam kali. Ada tanda lebam diduga karena penganiayaan. Ini yang semakin menguatkan dugaan kami kalau korban memang tewas dibunuh," ujar Victor Mambor.

Meski tidak menjelaskan secara pasti mengenai korelasi antara kematian Ardiansyah dengan kasus teror terhadap sejumlah wartawan lainnya di Merauke, Victor Mambor juga mengatakan kalau pihaknya menduga kuat adanya oknum tertentu di Merauke yang hendak mengacaukan suasana menjelang Pilkada Merauke.

"Ini tugas kepolisian untuk mengungkapnya. Yang kami sesalkan, hingga saat ini pihak Kepolisian Resor Merauke dan Polda Papua, belum memberikan keterangan resmi tentang hasil otopsi organ tubuh Ardiansyah," ujarnya.

Ia juga menegaskan, pihaknya sangat kecewa dengan kinerja aparat Polda Papua dan Polres Merauke, yang terkesan tidak mampu atau tidak serius dalam mengusut tuntas kasus kematian Ardiansyah dan teror yang menimpa wartawan di Merauke.

"Buktinya hampir sebulan kasus ini berlalu, tapi tidak ada kepastian dari pihak kepolisian di Papua. Awalnya kejadian saja, aparat kepolisian berjanji untuk mengungkapkan kasus ini, tapi tidak dipenuhi. Malahan Mabes Polri yang lebih dahulu merilis hasil otopsopi penyebab kematian Ardiansyah," kata Victor Mambor.

Sementara Jerry Omona, salah seorang anggota AJI Jayapura yang sempat melakukan investigasi kematian Ardiansyah menerangkan, pada jasad korban terdapat luka bekas jeratan tali di leher, telinganya terus mengeluarkan darah dan ada lebam seperti bekas pukulan benda tumpul di beberapa bagian tubuhnya.

"Korban meninggal dengan lidah yang terus terbujur keluar," kata Jerry Omona.

Lebih lanjut Ketua AJI Kota Jayapura, Victor Mambor, meminta kepada aparat Polda Papua untuk segera mengusut tuntas kasus ini.

"Siapa pembunuh dan apa motifnya, itu yang harus kita dorong agar diselesaikan secara jelas," katanya.

Sebelumnya dari hasil rilis Mabes Polri, Jumat (20/8) menyimpulkan Ardiansyah Matrais, masih hidup saat dilempar ke Sungai Maro di Merauke. Dari hasil otopsi itu pula, diketahui wajah Ardiansyah bengkak diduga akibat penganiayaan.

Ardiansyah dilaporkan hilang sejak Rabu, 28 Juli 2010. Dua hari kemudian ia ditemukan tewas mengapung di Sungai Gudang Arang Merauke. Tewasnya Ardiansyah bertepatan dengan maraknya teror pada wartawan di Merauke.

Sebelum menjadi jurnalis, Ardi bekerja sebagai karyawan konsultan listrik di Merauke dari tahun 2005-2007. Ia kemudian menjadi wartawan pertama kali di mingguan Papua Fokus pada Februari-Juli 2008. Ia juga terlibat sebagai Freelance di ANTV dari November 2008 hingga Maret 2009.

Dalam perjalanan karirnya, ia sempat bekerja di Top TV Papua dan Tabloid Mingguan Jujur Bicara (JUBI) dari Maret 2009 hingga April 2010. (*)

(T.KR-MBK/R009)