Warga Australia Berikan Suara
21 Agustus 2010 12:16 WIB
Warga mengantre untuk memilih dalam pemilu nasional di Tempat Pemungutan Suara di luar Melbourne Town Hall, Australia, (21/8). Jutaan warga Australia akan memberikan suaranya dalam pemilihan nasional. (ANTARA/AFP PHOTO/William WEST)
Sydney (ANTARA News) - Jutaan warga Australia Sabtu memberikan suara dalam pemilihan nasional yang diperkirakan paling tertutup dalam beberapa dekade, dengan wanita perdana menteri pertama di negara itu yang bahu-membahu dengan penantang konservatifnya.
Pemungutan suara dibuka pada pukul 08.00 waktu setempat dan sekitar 14 juta pemilih ikut ambil bagian di seluruh negeri, dengan hasil survei pendapat umum pada menit-menit terakhir menunjukkan hanya perbedaan menit antara kedua pemimpin, sebagaimana dikutip dari AFP.
Survei yang diterbitkan di surat kabar The Australian memberikan Perdana Menteri Julia Gillard perolehan suara 50,2 persen sampai 49,8 persen dari Tony Abbott, dari koalisi Liberal/Nasional, yang meningkatkan prospek tergantung parlemen pertama sejak 1940.
Secara terpisah jajak pendapat Nielsen menempatkan Partai Buruh Gillard unggul 52-48 persen, sedangkan jajak pendapat Roy Morgan memberi pemerintah unggul 51-49 persen.
Partai Buruh kiri-tengah Gillard berjuang untuk meyakinkan pemilih setelah dikejutkan mundurnya perdana menteri terpilih Kevin Rudd pada Juni, yang menimbulkan harapan Abbott suatu kemenangan yang mengejutkan.
"Ketika setiap orang menanyakan, saya katakan hal itu adalah pemilu yang menegangkan... dan itu dibuktikan pada hari ini," kata Gillard.
Gillard, 48 tahun, mantan pengcara kelahiran Wales, menjanjikan perawatan kesehatan dan pendidikan lebih baik dan meningkatkan peran partai Buruh dalam membantu Australia menyingkirkan krisis keuangan, di samping merancang skema broadband nasional.
Abbott, 52 tahun konservatif dalam beragama mengcemaskan terhadap peran umat manusia dalam perubahan iklim, mentargetkan kekhawatiran atas imigrasi ilegal dan mempertanyakan rekor pengeluaran partai Buruh, yang menusuk Rudd.
Koalisi yang berhaluan kanan membutuhkan suara 2,3 persen untuk kembali ke kekuasaan kurang dari tiga tahun setelah Rudd menggulingkann tahun ke-11 perdana menteri John Howard, penjaminan tindakan terhadap perubahan iklim dan kemiskinan di kalangan minoritas Aborigin.
Kemenangan bagi Abbott akan membuat Partai Buruh pertama kalinya berpemerintahan satu periode sejak 1932, ketika partai James Scullin kehilangan kekuasaan dalam gejolak yang disebabkan oleh Depresi Besar.
Kedua belah pihak mentargetkan selisih kursi di Queensland yang kaya sumber daya alam - negara bagian asal Rudd - dan Sydney barat, di mana pertumbuhan cepat penduduk telah memberikan tekanan pada pelayanan dan menyuarakan keprihatinan mengenai imigrasi.
Surat kabar pecah pendapat antara Gillard dan Abbott, namun para komentator sepakat partai Buruh telah ceroboh mengganti Rudd begitu dekat dengan pemilu, dan meremehkan pemimpin oposisi, yang marah bahwa citra sebagai organisasi tidak konvensional berwarna-warni.
"Jika dia (Abbott) menang dalam pemilihan ini dia akan mewakili pemulihan politik terbesar di Australia," kata editor senior The Australian, Paul Kelly.
(H-AK/A024)
Pemungutan suara dibuka pada pukul 08.00 waktu setempat dan sekitar 14 juta pemilih ikut ambil bagian di seluruh negeri, dengan hasil survei pendapat umum pada menit-menit terakhir menunjukkan hanya perbedaan menit antara kedua pemimpin, sebagaimana dikutip dari AFP.
Survei yang diterbitkan di surat kabar The Australian memberikan Perdana Menteri Julia Gillard perolehan suara 50,2 persen sampai 49,8 persen dari Tony Abbott, dari koalisi Liberal/Nasional, yang meningkatkan prospek tergantung parlemen pertama sejak 1940.
Secara terpisah jajak pendapat Nielsen menempatkan Partai Buruh Gillard unggul 52-48 persen, sedangkan jajak pendapat Roy Morgan memberi pemerintah unggul 51-49 persen.
Partai Buruh kiri-tengah Gillard berjuang untuk meyakinkan pemilih setelah dikejutkan mundurnya perdana menteri terpilih Kevin Rudd pada Juni, yang menimbulkan harapan Abbott suatu kemenangan yang mengejutkan.
"Ketika setiap orang menanyakan, saya katakan hal itu adalah pemilu yang menegangkan... dan itu dibuktikan pada hari ini," kata Gillard.
Gillard, 48 tahun, mantan pengcara kelahiran Wales, menjanjikan perawatan kesehatan dan pendidikan lebih baik dan meningkatkan peran partai Buruh dalam membantu Australia menyingkirkan krisis keuangan, di samping merancang skema broadband nasional.
Abbott, 52 tahun konservatif dalam beragama mengcemaskan terhadap peran umat manusia dalam perubahan iklim, mentargetkan kekhawatiran atas imigrasi ilegal dan mempertanyakan rekor pengeluaran partai Buruh, yang menusuk Rudd.
Koalisi yang berhaluan kanan membutuhkan suara 2,3 persen untuk kembali ke kekuasaan kurang dari tiga tahun setelah Rudd menggulingkann tahun ke-11 perdana menteri John Howard, penjaminan tindakan terhadap perubahan iklim dan kemiskinan di kalangan minoritas Aborigin.
Kemenangan bagi Abbott akan membuat Partai Buruh pertama kalinya berpemerintahan satu periode sejak 1932, ketika partai James Scullin kehilangan kekuasaan dalam gejolak yang disebabkan oleh Depresi Besar.
Kedua belah pihak mentargetkan selisih kursi di Queensland yang kaya sumber daya alam - negara bagian asal Rudd - dan Sydney barat, di mana pertumbuhan cepat penduduk telah memberikan tekanan pada pelayanan dan menyuarakan keprihatinan mengenai imigrasi.
Surat kabar pecah pendapat antara Gillard dan Abbott, namun para komentator sepakat partai Buruh telah ceroboh mengganti Rudd begitu dekat dengan pemilu, dan meremehkan pemimpin oposisi, yang marah bahwa citra sebagai organisasi tidak konvensional berwarna-warni.
"Jika dia (Abbott) menang dalam pemilihan ini dia akan mewakili pemulihan politik terbesar di Australia," kata editor senior The Australian, Paul Kelly.
(H-AK/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010
Tags: