Yogyakarta (ANTARA News) - Mau cicipi sate klatak Bantul? Sate dariKabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini, menyajikan citarasa kambing yang sebenarnya, karena tidak ada bumbu apapun menyertai sate jenis ini.

Menurut salah seorang penjual sate klatak di Pleret, Bantul, Bari, Sabtu, ini berbeda dengan sate pada umumnya, karena rasa daging kambing benar-benar mendominasi.

Bari yang telah 18 tahun berjualan sate klatak mengatakan resep sate ini merupakan warisan turun temurun dari orang tuanya.

Awal mula disebut sate klatak, menurut dia saat dirinya masih kecil sering memunguti buah melinjo yang tidak ada kulitnya. Berawal dari itu, muncul inspirasi untuk berjualan sate, karena keluarga besarnya hobi memasak sate, hingga menciptakan resep tersendiri yang khas ala keluarga Bari.

Ia mengatakan sate ini dibuat hanya dengan bumbu garam, tanpa ada bumbu-bumbu lainnya."Sate klatak menyajikan rasa daging kambing yang alami, atau murni rasa daging karena hanya ditaburi garam sebagai penyedap rasa," katanya.

Dalam proses memasaknya, kata dia yang unik adalah cara pembakarannya. Sate pada umumnya menggunakan penusuk dari bambu, tetapi sate klatak menggunakan bekas jeruji sepeda.

Sedangkan dari penyajiannya, sate klatak dihidangkan dengan nasi hangat serta kuah gulai kambing rasa pedas merica dan bumbu pedas sambal kecap.

Dalam satu malam berjualan sate ini Bari membutuhkan 20 kilogram daging kambing yang terhidang menjadi 100 porsi sate. Harga dua tusuk sate klatak Rp12.000, dan satu porsi beserta nasi serta minuman seharga Rp15.000.

Pendapatan dari berjualan sate klatak dalam satu malam rata-rata Rp3.000.000, ini untuk hari-hari biasa. Sedangkan pada hari libur bisa mengantongi Rp5.000.000. "Tetapi pada bulan puasa seperti sekarang, sepi pembeli," katanya.
(ANT/A024)