Gaza (ANTARA News/Reuters) - Militer Israel membombardir Jalur Gaza dari darat, laut dan udara sepanjang Sabtu sebagai sinyal meningkatnya ofensif mereka terhadap Hamas di kantong Palestina di Gaza sementara tank dan pasukan darat bersiap di sepanjang perbatasan untuk sebuah serangan darat ke Gaza.

Dalam sebuah insiden paling berdarah hari itu, sebuah serangan udara yang mengenai satu masjid telah menewaskan 11 warga Palestina termasuk anak-anak dan lusinan wanita selagi menunaikan ibadah shalat, demikian Hamas.

Sebaliknya Hamas terus meluncurkan roket-roketnya ke selatan Israel dengan mengabaikan seruan internasional agar mereka menghentikan aksi militer seperti itu.

Begitu ofensif Israel memasuki minggu kedua, prospek dicapainya gencatan senjata segera berubah muram.

"Saya harap hasil dari operasi militer ini berdampak secara jangka panjang. Begitu mereka (Hamas) menembakkan (roketnya), kami akan meresponsnya dengan kekuatan sangat besar. Dalam hal ini, jika diperlukan bakal dilanjutkan dengan beberapa operasi lain," kata Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni kepada TV Israel.

Para saksi mata mengungkapkan, serangan udara ke masjid di kota Beit Lahiya, Gaza, telah meminta korban yang tengah shalat dalam masjid itu di mana setidaknya sebelas orang meninggal dan 50 lainnya terluka.

Tim penyelamat terlihat lalu lalang menggotong orang dari reruntuhan dan onggokan tubuh-tubuh manusia tergeletak dengan lumuran darah di sekujur badan, demikian saksi mata. Belum ada komentar dari Israel mengenai hal ini.

Israel menyasar masjid-masjid di Gaza karena meyakini dipakai Hamas sebagai pos komando dan peluncuran roket.

Insiden Sabtu terakhir ini membuat jumlah korban tewas menjadi 446 orang dan 2.050 lainnya terluka, hasil dari sebuah malapetaka perang paling buruk dalam dekade-dekade konflik Israel melawan Palestina.

Empat orang Israel juga terbunuh dalam serangan roket Hamas dan beberapa kelompok pejuang Palestina lainnya.

Untuk pertamakalinya sejak ofensif udara dilakukan, Israel menembakkan artilerinya ke Gaza sampai menimbulkan kabut debu dan asap yang menghalangi pandangan.

Deputi Perdana Menteri Israel Matan Vilnai mengeluarkan pernyataaan mengenai spekulasi bakal adanya serangan darat ke Gaza.

"Saya kira itu bukan serangan tahap berikutnya. Serangan artileri itu adalah bagian dari kampanye militer yang diperluas dan kini meriam-meriam artileri bergabung dalam serangan itu," kata Matan Vilnai kepada Radio Israel.

Tank-tank dan serdadu angkatan darat Israel telah membanjiri perbatasan Gaza bersiap mengadakan invasi darat yang diajukan Israel sebagai opsi untuk memaksa dunia internasional mengupayakan gencatan senjata (yang menguntungkan dirinya).

Sabtu ini serangan udara Israel menyasar Gaza dilakukan sejak pagi hari dari kapal-kapal angkatan laut Israel di Laut Tengah. Serangan ini diantaranya menewaskan komandan senior Hamas yang juga pemimpin kedua Hamas yang tewas, Abu Zakaria al-Jamal.

Dari udara, pesawat tempur Israel membom sebuah akademi swasta Palestina bernama American School dan menewaskan seorang satpam.

Kabinet Hamas menandaskan tidak akan menggubris dan tak akan tunduk pada keinginan Israel.

"Siapapun yang berpikir bahwa perubahan dalam wilayah politik (tanggalnya Hamas di Gaza) akan mengakhiri pemboman dari pesawat dan tank (Israel) bahkan tanpa dengan mengadakan dialog, adalah seorang penghayal," demikian pernyataan kabinet Hamas dari sebuah lokasi rahasia di Gaza merujuk pada Israel.

Israel sendiri membantah ingin menggulingkan Hamas dengan berkilah bahwa serangannya hanya untuk mengentikan ancaman roket Hamas.

Terperangkap

1,5 juta pendudukan Palestina di Gaza semakin putus asa bahkan jauh sebelum masjid diroket Israel, sementara warga yang tinggal di perlindungan serta lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan terancam terhenti pasokan makanan, air dan obat-obatan yang dari hari ke hari kian menipis

"Tak seorang pun merasa aman. Masalahnya kami tidak bisa kemana-mana," kata seorang pekerja pada Palang Merah Internasional dalam laporannya di laman resmi organisasi dunia itu.

Bom-bom Israel sengaja ditujukan untuk merusak sistem pasokan air dan pelayanan publik di mana listrik mati dan sistem sanitasi berubah kotor. Pada musim dingin ini, kebutuhan BBM untuk memanaskan dan memasak tidak lagi tersedia.

"Kami tidak pernah tidur malam. Kami tetap terjaga sepanjang malam karena (deru) pesawat tempur (Israel)," kata Umm Kamel, ibu sebelas anak, menggambarkan Israel memang sengaja meneror Palestina seperti teroris melakuan teror bom.

Ironisnya, Israel menyanggah telah terjadi krisis kemanusiaan dan mengatakan pihaknya telah mengizinkan masuk konvoy pengangkut makanan dan obat-obatan ke Gaza setiap hari.

Presiden AS George Bush malah mengatakan Hamas mesti menjadi pihak pertama yang melakukan gencatan senjata. "Sebuah gencatan senjata satu arah yang membuat serangan roket ke Israel tidaklah bisa diterima," kata Bush.

Israel menduduki Gaza pada Perang Arab-Israel 1967 dan mengakhiri pendudukan itu pada 2005 setelah Palestina setuju mengakhiri kekerasan di sana kendati sepanjang perbatasan Gaza masih dikendalikan Israel.

Upaya internasional untuk membentuk negara merdeka Palestina gagal setelah Hamas memenangkan pemilu pada 2006 dan memaksa para pendukung Fatah yang loyal pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas keluar dari Gaza setahun kemudian.

Bulan lalu, Hamas menyatakan gencatan senjata enam bulan dengan Israel berakhir dan segera meluncurkan roket-roketnya ke Israel karena negara Yahudi ini dituduh menyerang Gaza dan terus memblokade kantong wilayah Palestina itu. (*)