Jakarta (ANTARA) - Pemerintah pusat bersinergi dengan pemerintah daerah di Bali agar untuk mendorong diversifikasi dalam struktur perekonomiannya agar kinerja ekonomi Pulau Dewata tidak lagi sangat tergantung kepada sektor pariwisata.

"Salah satu rencana pemerintah dengan proses transformasi perekonomian Bali agar tidak hanya bergantung kepada pariwisata, yaitu 56 persen pada saat ini," kata Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves Odo R.M. Manuhutu dalam webinar yang digelar, Sabtu.

Odo mengemukakan bahwa rencana diversifikasi struktur perekonomian Bali tersebut kemungkinan akan diluncurkan pada September mendatang.

Dengan adanya diversifikasi tersebut, menurut dia, maka ke depannya diharapkan Bali memiliki fondasi perekonomian yang lebih kokoh.

Sementara itu, Kepala BI Perwakilan Bali Trisno Nugroho juga menyatakan bahwa dengan lebih dari 50 persen ketergantungan Bali kepada sektor pariwisata, tentunya Bali sangat terkena dampaknya karena sektor yang paling parah terkena dampak pandemi adalah pariwisata.

"Ekonomi Bali sangat tergantung kepada kunjungan wisatawan," kata Trisno Nugroho.

Ia mengemukakan, salah satu dampak yang hebat bila sebelumnya Bali pernah menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran terkecil di seluruh Indonesia, maka pada tahun 2020 itu Bali berada di peringkat ke-25 dalam tingkat pengangguran.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa menyatakan, pariwisata di Bali menampung hingga jutaan tenaga kerja sehingga dampak lumpuhnya pariwisata di Bali juga berimbas kepada banyak UMKM dan aspek lainnya seperti pertanian.

"Kemudian menurunnya kunjungan wisatawan ke Bali berdampak langsung kepada PAD (Pendapatan Asli Daerah) di seluruh Bali," paparnya.

Sebelumnya, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizky Ernadi Wimanda mengajak pihak-pihak terkait dalam upaya memulihkan ekonomi setempat dari dampak pandemi COVID-19, jangan hanya mengandalkan dari rencana dibukanya kunjungan wisatawan mancanegara.

"Jadi, harus diubah, jangan hanya mengandalkan Bali untuk wisman kapan dibuka. Selama di Bali masih ada zona merah, akan sulit wisman mau datang," kata Rizky dalam acara Capacity Building Media di Denpasar, Kamis (20/5).

Menurut dia, pertanian dan pendidikan, menjadi dua sektor yang patut untuk lebih dikembangkan di Provinsi Bali. Di sektor pendidikan misalnya, agar universitas internasional yang ternama juga bisa ada di Bali, seperti halnya banyak universitas yang ada di Inggris juga cabangnya dibuka di Malaysia.

Kemudian untuk sektor pertanian yang saat ini masih banyak menggunakan sistem konvensional, lanjutnya, dapat didorong dengan pengembangan "digital farming".

Ia mengatakan, kalau masyarakat Bali terus hanya bergantung pada kedatangan wisman, maka pertumbuhan ekonomi Bali juga akan makin lama terkontraksi. Potensi kunjungan wisatawan domestik pada sebelum pandemi pun per tahun cukup besar di atas 10 juta, sedangkan wisman dengan kunjungan 6,2 juta orang.

Pada triwulan I-2021, pertumbuhan ekonomi Bali masih mengalami kontraksi yakni sebesar minus 9,85 persen (yoy). Meskipun kontraksinya sudah sedikit melandai dibandingkan saat triwulan IV 2020 yang sebesar minus 12,21 persen.

Baca juga: "Work From Bali" jaga keseimbangan atasi pandemi-pertumbuhan ekonomi
Baca juga: BI berkomitmen bersinergi dengan OJK tingkatkan kinerja ekonomi Bali
Baca juga: Percepat pemulihan Bali, Kemenko Marves gelar forum investasi