Warga Mataram kooperatif, rayakan "Lebaran Topat" di rumah
20 Mei 2021 16:46 WIB
Objek wisata Pantai Gading di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kamis (20/5/2021) yang biasanya menjadi salah satu pusat keramaian warga saat perayaan "Lebaran Topat", terlihat sepi pengunjung. ANTARA/HO-Pemkot Mataram
Mataram (ANTARA) - Warga Kota Mataram kooperatif merayakan "Lebaran Topat" 1442 Hijriah di rumah masing-masing sesuai arahan pemerintah dan tidak ditemukan adanya kerumunan massa sepanjang pantai yang biasa dilakukan sebelum pandemi COVID-19.
"Alhamdulillah, dari hasil pantauan dan laporan yang kami terima warga kota memahami kondisi pandemi COVID-19 dan merayakan Lebaran Topat di rumah dan lingkungan masing-masing. Sampai saat ini kami tidak ada penumpukan massa pada titik tertentu," kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram Lalu Martawang mengatakan, di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kamis.
Hasil pantauan di sejumlah objek wisata di Kota Mataram, tidak ada mobilisasi masyarakat datang ke objek wisata untuk merayakan Lebaran Topat. Pantai Ampenan, Pantai Gading, Laong Baloq, dan kolam renang Cantika, terlihat sepi pengunjung.
"Kalau tidak pandemi, ribuan warga akan tumpah ruah di sepanjang pantai merayakan puncak Lebaran Topat yang merupakan lebaran setelah enam hari puasa Syawal," katanya.
Dia berharap, kondisi ini bisa terus bertahan sampai pada 23 Mei 2021, yang menjadi akhir dari rangkaian perayaan Lebaran Topat atau ketupat di daerah ini sehingga potensi penyebaran COVID-19 dapat dikendalikan.
"Semua pintu masuk kota dan pintu masuk objek wisata pantai serta makam keramat ditutup serta dijaga ketat aparat gabungan baik dari TNI/Polri, Satpol PP maupun Dinas Perhubungan," katanya.
Baca juga: "Lebaran Topat", puluhan warga luar Mataram diminta putar balik
Baca juga: Satgas COVID-19 perketat pengawasan objek wisata saat "Lebaran Topat"
Lebaran Topat merupakan salah satu tradisi masyarakat di Pulau Lombok yang yang dirayakan seminggu setelah Idul Fitri, dengan berbagai kegiatan yang diawali dengan ritual ziarah makam keramat, doa dan zikir, ngurisan (cukur rambut bayi).
Selanjutnya masyarakat akan berekreasi ke sejumlah objek wisata terutama pantai dan makan bersama dengan bekal yang sudah dibawa berupa ketupat, urap, opor dan makanan pendamping lainnya.
Namun demikian, tahun ini Pemerintah Kota Mataram meniadakan perayaan puncak Lebaran Topat yang biasanya dipusatkan pada dua makam yang dikeramatkan warga yakni Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela, dan Makam Bintro di Kecamatan Ampenan.
Kegiatan tersebut biasanya tidak hanya dihadiri warga Kota Mataram, melainkan juga warga dari se-Pulau Lombok bahkan Sumbawa. Pasalnya, kegiatan Lebaran Topat merupakan salah satu kegiatan kalender wisata yang dihadiri oleh masyarakat bersama keluarganya sehingga terjadi penumpukan warga pada objek wisata hingga tidak bisa dikendalikan.
Baca juga: Dampak pandemi COVID-19, Pemkot Mataram tiadakan "Lebaran Topat"
Baca juga: Pedagang janur jadi incaran warga Mataram sambut "Lebaran Topat"
"Alhamdulillah, dari hasil pantauan dan laporan yang kami terima warga kota memahami kondisi pandemi COVID-19 dan merayakan Lebaran Topat di rumah dan lingkungan masing-masing. Sampai saat ini kami tidak ada penumpukan massa pada titik tertentu," kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram Lalu Martawang mengatakan, di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kamis.
Hasil pantauan di sejumlah objek wisata di Kota Mataram, tidak ada mobilisasi masyarakat datang ke objek wisata untuk merayakan Lebaran Topat. Pantai Ampenan, Pantai Gading, Laong Baloq, dan kolam renang Cantika, terlihat sepi pengunjung.
"Kalau tidak pandemi, ribuan warga akan tumpah ruah di sepanjang pantai merayakan puncak Lebaran Topat yang merupakan lebaran setelah enam hari puasa Syawal," katanya.
Dia berharap, kondisi ini bisa terus bertahan sampai pada 23 Mei 2021, yang menjadi akhir dari rangkaian perayaan Lebaran Topat atau ketupat di daerah ini sehingga potensi penyebaran COVID-19 dapat dikendalikan.
"Semua pintu masuk kota dan pintu masuk objek wisata pantai serta makam keramat ditutup serta dijaga ketat aparat gabungan baik dari TNI/Polri, Satpol PP maupun Dinas Perhubungan," katanya.
Baca juga: "Lebaran Topat", puluhan warga luar Mataram diminta putar balik
Baca juga: Satgas COVID-19 perketat pengawasan objek wisata saat "Lebaran Topat"
Lebaran Topat merupakan salah satu tradisi masyarakat di Pulau Lombok yang yang dirayakan seminggu setelah Idul Fitri, dengan berbagai kegiatan yang diawali dengan ritual ziarah makam keramat, doa dan zikir, ngurisan (cukur rambut bayi).
Selanjutnya masyarakat akan berekreasi ke sejumlah objek wisata terutama pantai dan makan bersama dengan bekal yang sudah dibawa berupa ketupat, urap, opor dan makanan pendamping lainnya.
Namun demikian, tahun ini Pemerintah Kota Mataram meniadakan perayaan puncak Lebaran Topat yang biasanya dipusatkan pada dua makam yang dikeramatkan warga yakni Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela, dan Makam Bintro di Kecamatan Ampenan.
Kegiatan tersebut biasanya tidak hanya dihadiri warga Kota Mataram, melainkan juga warga dari se-Pulau Lombok bahkan Sumbawa. Pasalnya, kegiatan Lebaran Topat merupakan salah satu kegiatan kalender wisata yang dihadiri oleh masyarakat bersama keluarganya sehingga terjadi penumpukan warga pada objek wisata hingga tidak bisa dikendalikan.
Baca juga: Dampak pandemi COVID-19, Pemkot Mataram tiadakan "Lebaran Topat"
Baca juga: Pedagang janur jadi incaran warga Mataram sambut "Lebaran Topat"
Pewarta: Nirkomala
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: