Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR RI, Pramono Anung, mengatakan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah pada 2011 tnpa terobosan sehingga keadaan ekonomi 2011 tidak ada perubahan dibandingkan 2010.

Hal ini diungkapkan oleh Pramono Anung seusai Rapat Paripurna Penyampaian Pidato Presiden terkait RUU APBN 2011 berikut Nota Keuangannya di Gedung DPR, Jakarta, Senin.

"Kita akan mengetahui hidup kita tidak berbeda dengan 2010 karena tidak ada terobosan," katanya kader Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan tersebut..

Ia mencontohkan, peningkatan gaji pegawai negeri sipil dan TNI/Polri sebesar 10 persen dirasa belum mampu mendorong tingkat kesejahteraan. Sebab pada saaat yang sama asumsi inflasi APBN di 2011 juga meningkat menjadi 5,3 persen.

"Jadi secara riilnya, peningkatan hany 4,7 persen," katanya.

Ia mengemukakakan, meskipun dalam pidato tersebut ada dorongan untuk pemerataan pembangunan ke daerah seperti pajak daerah, namun menurut dia hal itu belum menunjukan terobosan kebijakan yang.

"Terobosan itu belum terlihat karena belanja rutin masih lebih besar dibandingkan belanja modal," katanya.

Ia menilai, target pertumbuhan Indonesia pada 2014 yang disebutkan oleh pmerintah sebesar 7 hingga 7,7 persen terlalu jauh ke depan.

"Kita tidak tahu di 2012 hingga 2013," katanya.

Pertumbuhan ekonomi 2010 yang pada semester pertama mampu sebesar 6,2 persen menurut dia, belum menunjukkan kinerja ekonomi dari kebijakan pemerintah.

"Karena lebih banyak faktor eksternal, yaitu pertumbuhan dunia," katanya menambahkan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidati kenegaraannya mengataan, RAPBN 2011 terdiri dari pendapatan negara bukan hibah Rp1.086,4 triliun atau naik Rp94 triliun (9,5 persen) dari target APBN-P 2010 dan belanja negara direncanakan sebesar Rp1.202 triliun atau meningkat Rp76 triliun (6,7 persen) dari pagu APBN-P 2010.

Dengan demikian, RAPBN 2011 masih defisit Rp115,7 triliun atau 1,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sedangkan, asumsi makro APBN 2011 adalah pertumbuhan ekonomi dipatok 6,3 persen, laju inflasi 5,3 persen, suku bunga SBI 3 bulan 6,5 persen, nilai tukar Rp9.300 per dolar AS, harga minyak 80 dolar AS per barel, dan "lifting" minyak 970.000 barel per hari.
(ANT/P003)