Indonesia jajal teknologi iradiasi untuk kurangi sampah plastik
19 Mei 2021 10:47 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar (tengah) bersama Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan (kiri) dan Dirjen PSLB3 Rosa Vivien Ratnawati (kanan) saat mengikuti IAEA High Level Round Table Discussion for The Asia and the Pacific Region “NUTEC Plastic: Atoms Contributing to the Search for Solutions to Plastic Pollution” secara virtual di Jakarta, Selasa (18/5/2021) ANTARA/HO-KLHK
Jakarta (ANTARA) - Indonesia melalui Badan Teknologi Nuklir Indonesia (BATAN) menjajal pemanfaatan teknologi iradiasi dalam daur ulang limbah untuk mengurangi sampah plastik di bawah program NUTEC Plastic International Atomic Energy Agency (IAEA). Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan Indonesia berkomitmen mengurangi timbulan sampah plastik, termasuk yang di laut.
Dalam kurun waktu tiga tahun, sampah plastik laut berkurang dari 615.000 ton pada 2018 menjadi sekitar 521.000 ton pada Desember 2020.
Baca juga: Dua pengusaha wanita ubah sampah plastik jadi bahan bangunan
Ia mengatakan mulai 2020 hingga 2024, BATAN akan mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan komposit plastik yang terbuat dari komposit serat selulosa dan mikroplastik radio-trace serta radioekologi akuatik.
“BATAN sejak lama telah berkolaborasi dengan IAEA dalam penggunaan energi nuklir untuk penggunaan damai, yang kemudian menjadikan IAEA menunjuk BATAN sebagai pusat kolaborasi untuk makanan dan industri. Selanjutnya, BATAN akan terus mengkaji dan meneliti komposit plastik kayu dengan menggunakan serat berbasis kelapa sawit," katanya.
Baca juga: Tiga pesan Bima Arya setelah saksikan film "Pulau Plastik"
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN juga telah menyiapkan dokumen rencana implementasi proyek NUTEC Plastic sebagai dasar endorsement bagi Indonesia menjadi pilot country.
Melalui program tersebut diharapkan penggunaan iradiasi (polimerasi) dalam daur ulang limbah plastik dapat dikembangkan lebih lanjut melalui sektor industri pada skala ekonomi.
IAEA meminta Indonesia untuk menjadi negara pilot bagi tiga fase demonstration project NUTEC Plastic, yaitu fase 1, penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir, fase 2, pembangunan demo plant, dan fase 3, upstreaming pemanfaatan teknologi iradiasi penanganan limbah plastik.
Baca juga: "Pulau Plastik", sebuah alarm darurat sampah plastik
Sebelumnya dalam forum IAEA High Level Round Table Discussion for The Asia and the Pacific Region “NUTEC Plastic: Atoms Contributing to the Search for Solutions to Plastic Pollution” yang diselenggarakan IAEA secara virtual pada Selasa (18/5), Siti mengapresiasi program NUTEC Plastic yang bertujuan membantu negara-negara di Kawasan Asia Pasifik dalam mengintegrasikan teknologi nuklir untuk pengelolaan sampah plastik.
Ia meyakini inisiatif tersebut akan semakin mendukung strategi daur ulang plastik untuk menjawab tantangan dan permasalahan sampah plastik secara komprehensif, dari hulu hingga hilir, dengan memberikan inovasi teknologi untuk mengolah sampah plastik menjadi produk antara yang selanjutnya dapat digunakan untuk bahan industri, menciptakan inovasi baru untuk industri plastik yang ramah lingkungan.
"Dalam konteks ini, izinkan saya meyakinkan kesiapan Indonesia untuk menjadi salah satu proyek percontohan yang ditawarkan IAEA, karena kami melihat manfaat proyek ini dalam meningkatkan kapasitas untuk mengendalikan teknologi radiasi dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia di tingkat nasional," ujar dia.
Siti berharap, integrasi program NUTEC Plastic ke dalam program pengendalian limbah plastik nasional akan meningkatkan inovasi teknologi dan membantu mencapai target pengurangan limbah plastik dalam jangka panjang.
Dalam kurun waktu tiga tahun, sampah plastik laut berkurang dari 615.000 ton pada 2018 menjadi sekitar 521.000 ton pada Desember 2020.
Baca juga: Dua pengusaha wanita ubah sampah plastik jadi bahan bangunan
Ia mengatakan mulai 2020 hingga 2024, BATAN akan mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan komposit plastik yang terbuat dari komposit serat selulosa dan mikroplastik radio-trace serta radioekologi akuatik.
“BATAN sejak lama telah berkolaborasi dengan IAEA dalam penggunaan energi nuklir untuk penggunaan damai, yang kemudian menjadikan IAEA menunjuk BATAN sebagai pusat kolaborasi untuk makanan dan industri. Selanjutnya, BATAN akan terus mengkaji dan meneliti komposit plastik kayu dengan menggunakan serat berbasis kelapa sawit," katanya.
Baca juga: Tiga pesan Bima Arya setelah saksikan film "Pulau Plastik"
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN juga telah menyiapkan dokumen rencana implementasi proyek NUTEC Plastic sebagai dasar endorsement bagi Indonesia menjadi pilot country.
Melalui program tersebut diharapkan penggunaan iradiasi (polimerasi) dalam daur ulang limbah plastik dapat dikembangkan lebih lanjut melalui sektor industri pada skala ekonomi.
IAEA meminta Indonesia untuk menjadi negara pilot bagi tiga fase demonstration project NUTEC Plastic, yaitu fase 1, penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir, fase 2, pembangunan demo plant, dan fase 3, upstreaming pemanfaatan teknologi iradiasi penanganan limbah plastik.
Baca juga: "Pulau Plastik", sebuah alarm darurat sampah plastik
Sebelumnya dalam forum IAEA High Level Round Table Discussion for The Asia and the Pacific Region “NUTEC Plastic: Atoms Contributing to the Search for Solutions to Plastic Pollution” yang diselenggarakan IAEA secara virtual pada Selasa (18/5), Siti mengapresiasi program NUTEC Plastic yang bertujuan membantu negara-negara di Kawasan Asia Pasifik dalam mengintegrasikan teknologi nuklir untuk pengelolaan sampah plastik.
Ia meyakini inisiatif tersebut akan semakin mendukung strategi daur ulang plastik untuk menjawab tantangan dan permasalahan sampah plastik secara komprehensif, dari hulu hingga hilir, dengan memberikan inovasi teknologi untuk mengolah sampah plastik menjadi produk antara yang selanjutnya dapat digunakan untuk bahan industri, menciptakan inovasi baru untuk industri plastik yang ramah lingkungan.
"Dalam konteks ini, izinkan saya meyakinkan kesiapan Indonesia untuk menjadi salah satu proyek percontohan yang ditawarkan IAEA, karena kami melihat manfaat proyek ini dalam meningkatkan kapasitas untuk mengendalikan teknologi radiasi dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia di tingkat nasional," ujar dia.
Siti berharap, integrasi program NUTEC Plastic ke dalam program pengendalian limbah plastik nasional akan meningkatkan inovasi teknologi dan membantu mencapai target pengurangan limbah plastik dalam jangka panjang.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: