Kuala Lumpur (ANTARA) - Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia dan Indonesia (ISWAMI) mengusulkan perlunya pendirian media center Palestina agar media internasional bisa mendapatkan perkembangan informasi di negara tersebut langsung dari sumber aslinya.

"Usulan kami ISMAWI Indonesia dan Malaysia memulai media center Palestina. Latih anak muda dan dapatkan sumber aslinya. Diskusikan kemudian kita berbagi dengan sesama jurnalis dari negara lain," ujar Ketua ISWAMI Malaysia, Abdul Rashid Yusof di Kuala Lumpur, Selasa.

Mantan wartawan di New Strait Times tersebut mengemukakan hal itu pada diskusi dalam jaringan via zoom bertopik Forum Online Memanfaatkan 24-Jam, Jurnalisme Global tentang Masalah Palestina yang difasilitasi Kantor Berita Bernama.

Wartawan senior tersebut memandu diskusi bersama mantan wartawan Harian Metro yang kini aktif di LSM, Muhammad Asri.

Turut hadir memberikan pandangan diantaranya wartawan senior Malaysia Tan Sri Johan Jaffaar, Ketua Malaysia Press Institute (MPI) Datuk Chamil Wariya, Pimpinan Bernama Datuk Ras Adiba, General Manager Liberty TV Nigeria Shafi'u Suleiman, wartawan Aljazeera Malaysia Hardjito Warno, wartawan 92 News Pakistan Javaid Ur Rehman, wartawan Astro Awani Ashwad Ismail, wartawan dari Sarajevo Jasmin Brutus, wartawan Anadolu Agency di Gaza Turgut Boyraz dan perwakilan ISWAMI Indonesia Agus Setiawan.

Abdul Rashid juga memberikan pandangan terkait posisi sosial media dalam pemberitaan Palestina.

"Media sosial sangat mempengaruhi pemikiran rakyat di kedua negara kita (Indonesia dan Malaysia). Sains dan polemik semuanya ada di sana. Media sosial tidak pernah berhenti. Kehadiran media sosial menghilangkan siklus berita. Sudah tidak ada lagi siklus berita karena berita bersifat nonstop," katanya.

Tentunya, ujar dia, media sosial membantu orang-orang dalam tekadnya serta membahas masalah Palestina.

"Media berkualitas kini harus bangkit untuk memainkan peran pelengkap sekaligus mempertahankan perannya sebagai sumber berita yang sah sekaligus saluran untuk membangun pemikiran," katanya.

Media yang berkualitas, ujar dia, perlu mendapatkan konten dari jurnalisme warga atau citizen journalism dan konten tersebut dipromosikan dengan verifikasi / pengecekan fakta.

"Proses ini harus berlangsung selama 24 jam di semua zona waktu. Jadi perlu ada platform berbagi dan verifikasi," katanya.

Wartawan senior Malaysia Tan Sri Johan Jaffaar pada kesempatan tersebut menyampaikan selamat datang pada era kompetisi media dan sosial media walau sebenarnya keduanya tidak berkompetisi namun bagaimana masing-masing membuat narasi yang familiar.

Johan berpendapat mendiskusikan soal Palestina merupakan isu yang penting sehingga pihaknya menyampaikan penghargaan kepada penyelenggara yang menyelenggarakan webinar apa yang terjadi di Gaza.

Sementara itu wartawan Aljazeera Malaysia Hardjito Warno mengatakan media mesti menjaga narasi bahwa tanah Palestina dijajah dan dikuasai penjajah zionist.

Dia juga mengusulkan membangun media center sebagai sumber utama data Palestina untuk ketiga negara Indonesia, Malaysia dan Brunei.

Hardjito dan sejumlah pembicara juga menyepakati bahwa menjaga semangat juga stamina agar wartawan memiliki nafas panjang khusus untuk menjaga isu Palestina sangat diperlukan.

"Maksimalkan kerja sama dengan wartawan khususnya pertukaran berita karena Indonesia dan Malaysia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan penjajah Zionis sehingga tidak mudah kirimkan wartawannya ke tanah pendudukan," kata wartawan asal Indonesia tersebut.


Baca juga: Polisi Johor ungkap penyelundupan narkoba internasional ke Indonesia

Baca juga: 450 Prajurit 643/Wanara Sakti amankan perbatasan RI - Malaysia