Jakarta (ANTARA News) - "Sekarang ini sulit dapat pesawat. Empat
maskapai penerbangan yang secara rutin melayani rute Jakarta - Jeddah
sudah fully book sejak hari ini. Permohonan visa pun sejak semalam sudah
ditutup" kata Asrul Aziz Taba, Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Muslim
Penyelenggara Haji dan Umrah RepublikIndonesia (AMPHURI), Selasa (10/8)
siang kepada penulis.
Harap dibaca statemen Asrul tersebut adalah bagian dari cerita sukses
penyelenggaran umrah di bulan Ramadhan. Rombongan pertama jamaah Umrah
Ramadhan dari Indonesia telah diterbangkan secara hampir serentak Selasa
lalu, sehari sebelum awal puasa.
Ramadhan tahun ini tercatat sekira 25.000 warga Indonesia berumrah ke
tanah suci. Angka itu meningkat pesat dibandingkan tahun lalu. Seperti
diungkap barusan, banyak warga masyarakat yang kecewa tidak bisa
berangkat karena tempat duduk (seat) pesawat yang terbatas, serta pengeluaran visa haji yang keburu ditutup kedubes Kerajaan Arab Saudi di Indonesia.
Umrah Ramadhan sudah sejak lama menjadi obyek wisata rohani umat Islam
di seluruh dunia. Data Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia (KSA) mencatat
peningkatan setiap tahun. Pada 2008, jumlahnya 3.107.318 orang, dan 30
persen dari jumlah itu, sekira sejuta umat, berumrah di bulan Ramadhan.
Adapun di tahun 2009 menjadi 3.849.216 umat berumrah. Bagaimana dengan
tahun 2010?
Komite Nasional Ibadah Umrah Pemerintah KAS, Jameel Al Qurashi, yakin
pada tahun ini jumlah umat yang berumrah akan melampaui angka 4 juta
jamaah, atau sekira 1,4 juta hingga 1,5 juta yang umrah selama Ramadhan.
Dalam data top umrah tahun 2009, Indonesia memang masih menduduki nomor
buncit, yakni 108.000 jiwa. Namun, dari letak negara yang jarak
geografisnya terjauh dari Arab Saudi, Indonesia bertengger pada urutan
osatu. Sedangkan peringkat 1 sampai 9, datang dari negara yang
jaraknya dengan Arab Saudi rata-rata diistilahkan cuma sepelemparan
batu.
Diajak Aa Gym
Umrah Ramadhan juga sangat popular di tanah air. Banyak peminat,
terutama pada hari-hari Lailatul Qadar, karena dianggap sama nilainya
dengan ibadah haji. Di tanah air, ada delapan pemberi jasa layanan (provider)
yang mengantongi izin menyelenggarakan Umrah Ramadhan. Terdiri atas
tiga sesi, yakni sepuluh hari pertama, sepuluh hari kedua, dan Lailatul Qadar
atau sepuluh hari ketiga Ramadhan. Umrah Ramadhan lebih mahal dibanding
umrah biasa. Biaya umrah Ramadhan Rp17 juta hingga Rp25 juta. Lailatutul Qadar paling mahal, bisa sampai Rp40 juta.
Ketika kyai kondang Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) suatu sore di bulan
September 2006 menelpon saya mengajak berumrah Ramadhan, maka kesempatan
itu tidak saya sia-siakan. Itulah untuk pertama kalinya saya bisa
merealisasi impian lama: berpuasa di tanah suci Makkah dan Madinah yang
menjadi kiblat umat Islam seluruh dunia.
Labbaik Allahummah Labbaik, Labbaik Lasyarikalah Labbaik. Innalhamda wanikmata Lakamalmuk Lasyarikalah...
(Ya, Allah saya datang memenuhi undanganMu, bertamu di rumahMu. Ketika
berumrah itulah kami mencicipi nikmatnya berpuasa sampai tigapuluh
satu hari pada Ramadhan 1427 H. (lihat tulisan di ANTARA News: "Pengalaman Berpuasa 31 Hari").
Tarawih di Masjidil Haram
Saya mencatat beberapa hal yang amat mengesankan dalam Umrah Ramadhan.
Pertama, bisa mengatasi kendala cuaca panas, yang waktu di tanah air
sempat bikin hati kecut: bagaimana menahan lapar dan dahaga dalam suhu
udara yang panas?
Tetapi, Allah SWT Maha Pelindung dan Maha Pemurah, ternyata saya tidak
merasakan gangguan dimaksud. Malah sempat terlupa ketika itu dilakoni
dan bisa dilalui dengan manis. Padahal, selama masa umrah di tanah suci,
masa istirahat tidur sangat kurang. Doa yang yang selalu kami panjatkan
kepada Beliau, "Ya, Allah berikan kami kemudahan selamanya."
Alhamdulilah, ternyata dikabulkan.
Kedua, shalat tarawih di Masjidil Haram amat terkenal kerap tidak
sanggup diikuti oleh kebanyakan jamaah Indonesia karena imam tarawih
seringkali membacakan surat-surat panjang. Tarawih pertama yang saya
ikuti, memang merasakan paha dan betis panas dan kaku. Tetapi, tarawih
berikutnya tubuh terasa sudah mampu menyesuaikan diri. Tarawih di
Baitullah syahdu, nyaman, dan indah sekali.
Ketiga, program Darul Tauhid selama umrah yang saya nilai sangat bagus.
Hampir tidak ada waktu di sela-sela antara shalat dan waktu istirahat
yang tidak diisi dengan ceramah atau tausyiah oleh Aa Gym, Teh Nini, dan
beberapa Ustad anggota Darul Tauhid, seperti Ustad Komaruddin. Yang
paling berharga adalah konsultasi pribadi dengan Aa Gym setiap kali
selesai salat subuh. Kalau di Makkah tempatnya di Masjidil Haram, area
yang dipilih di lantai dua, persis berhadapan dengan Multazam, yang
terletak antara Hajar Aswad dan pintu Kabah. Tempat itu amat dipercaya
mujarab untuk memanjatkan doa. Doa apa saja.
Berebut Lapak Bersedekah
Pemandangan yang menarik itu terjadi, setiap kali menjelang Maghrib di
halaman Masji Nabawi di Madinah maupun Masjidil Haram di Makkah.
Tiba-tiba saja ratusan orang "gaduh" berebut lapak di halaman luar
masjid. Lapak-lapak itu dipergunakan menggelar berbagai jenis makanan
berbuka. Ada kurma, roti, nasi beras mandi, nasi kabuli dengan lauk pauk
kari, daging domba panggang dan sebagainya. Minuman yang disediakan air
mineral, teh susu, atau teh campur kapulaga.
Saya sempat malu sendiri karena semula mengira warga Arab itu berebut
lapak untuk berjualan. Saya sempat membatin, pedagang di mana saja
selalu mencari kesempatan untuk cari untung. Bayangkan, berapa ratus
ribu jiwa yang memenuhi Masjidil Haram dan berapa puluh ribu jiwa di
Mesjid Nabawi tiap kali shalat Maghrib. Ternyata kebalikannya: mereka
berebut lapak bukan untuk berdagang, tapi untuk bersedekah membagi
makanan berbuka kepada jamaah. "Ampun Ya Allah," gumam saya.
Para petugas yang dikerahkan para dermawan Arab rata-rata remaja. Memang
umumnya berlaku seperti pedagang yang biasa menjajakan dagangan di
tempat umum. Dari kejauhan melambai kepada siapa saja agar mendekat ke
lapaknya. Yang kebetulan lewat dekat di situ, lengannya langsung
digelayuti diarahkan mampir di lapak.
Tidak cuma di halaman luar, bagian petugas mereka juga sigap "merazia" jamaah untuk diberi makanan guna membatalkan puasa.
Dengan pengalaman itu, maka saya pun percaya diri setiap kali diminta
menyampaikan kesan dalam acara ratiban kawan dekat yang akan berangkat
haji maupun umrah. Bicara soal umrah, dan ibadah haji buat saya bilang
paling gampang. Kita bisa langsung ambil kesimpulan sebelum menyampaikan
ulasan. Kesimpulannya cuma dua: nikmat dan nikmat sekali. Namun, selalu
saya ingatkan agar meneledani kearifan orang Betawi kalau menginjak
tanah suci. Yaitu: "punya mata jangan selihat-lihatnya; punya telinga
jangan sedengar-dengarnya; dan punya mulut jangan seomong-omongnya."
"Labbaik Allahumma Labbaik..."
*) H. Ilham Bintang (ilhambintangmail@yahoo.co.id,
ilhambintang@cekricek.co.id, twitter: @ilham_bintang) adalah Sekretaris
Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, dan Pemimpin
Redaksi Tabloid Cek&Ricek (C&R).
Umrah Ramadhan: Labbaik Allahummah Labbaik
Oleh Oleh H. Ilham Bintang *)
13 Agustus 2010 23:07 WIB
H. Ilham Bintang. (P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010
Tags: