Kabul (ANTARA News) - Dua pelaku bom bunuh diri melakukan aksinya di pintu masuk satu perusahaan jasa keamanan Barat di kota Kabul bagian tengah, Selasa.

Aksi bom bunuh diri itu menewaskan dua orang supir, demikian sumber kepolisian dan saksi mata menyebutkan.

Serangan itu terjadi bersamaan dengan pengumuman juru bicara Presiden Hamid Karzai bahwa semua perusahaan jasa keamanan milik swasta internasional dan Afghanistan harus dibubarkan.

Pembubaran semua perusahaan jasa keamanan itu merupakan bagian dari upaya Kabul mengembalikan kapasitas penegakan keamanan negara kepada polisi dan angkatan darat Afghanistan yang rapuh.

Ketua investigasi polisi setempat mengatakan, dua warga sipil yang tewas adalah supir Hart, kontraktor keamanan internasional di Afghanistan.

Seorang petugas keamanan juga terluka dalam insiden itu, kata Ketua Penyelidik Polisi Kabul, Sayed Abdul Ghafar Sayedzada.

Aksi bom bunuh diri sebelumnya terjadi pada 18 Juli. Ketika itu, pelaku yang mengayuh sepeda meledakkan dirinya di satu ruas jalan di kota Kabul. Aksinya itu menewaskan tiga orang.

Aksi kekerasan tiada pernah berhenti di Afghanistan sejak Amerika Serikat memimpin pasukan invasi ke negara itu tahun 2001.

Bahkan, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari berpandangan bahwa pasukan koalisi pimpinan AS di Afghanistan itu telah "kalah perang".

Pandangan Presiden Zardari ini dibantah Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs dalam pernyataan persnya baru-baru ini.

Gibbs mengatakan, Presiden Barack Obama --yang sebelumnya menilai ada kemajuan di Afghanistan, menampik penilaian pemimpin Pakistan itu.

"Saya tak merasa Presiden (Obama) setuju dengan kesimpulan Presiden Asif Ali Zardari soal kalah perang itu," katanya.

Tanggapan Gedung Putih itu muncul setelah muncul wawancara Presiden Asif Ali Zardari dengan Le Monde, Prancis, edisi Selasa.

Dalam wawancara itu, Zardari mengatakan pasukan koalisi kalah perang melawan Taliban.

Misi perang AS di Afghanistan baru-baru ini juga sempat diganggu oleh skandal pembocoran 91 ribu dokumen rahasia ke ranah publik.

Presiden Barack Obama sendiri meremehkan dampak kebocoran dokumen perang Afghanistan ke ranah publik itu.

Juli 2010 adalah bulan tragis bagi pasukan AS di Afghanistan karena beberapa insiden menewaskan beberapa tentara negara adidaya itu.

Pekan lalu, setidaknya lima tentara AS tewas dan dua orang lainnya hilang dalam beberapa insiden terpisah.

Dengan kematian lima tentara AS itu, jumlah personil militer asing yang tewas tahun ini sudah mencapai 397 orang. Sepanjang 2009, sebanyak 520 tentara asing tewas dalam tugas.

Sejak invasi AS di Afghanistan pada 2001, jumlah tentara asing yang tewas sudah mencapai 1.965 orang. Sebanyak 1.205 orang di antaranya adalah tentara AS.

Penyebab utama kematian tentara-tentara asing itu adalah bom rakitan IEDS.

Di seluruh Afghanistan, AS dan NATO menempatkan sekitar 150.000 orang tentara.

AS sendiri sudah memutuskan menambah 30.000 tentaranya atas perintah Presiden Barack Obama. Sebagian besar tentara tambahan ini ditempatkan di Kandahar dan Helmand, dua wilayah rawan di Afghanistan.

Dalam aksi perlawanannya, Taliban antara lain mengandalkan serangan bom rakitan yang biasa disebut "IED". (*)
AFP/R013/S008