Ramallah, Wilayah Palestina (ANTARA News/AFP) - Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan, Senin, ia siap untuk memulai lagi pembicaraan langsung dengan Israel tapi hanya berdasarkan pada pembekuan aktivitas permukiman Yahudi seperti diminta oleh Kuartet Perdamaian Timur Tengah.

"Kami siap memulai pembicaraan langsung dengan Israel kalau Kuartet minta pada mereka atas dasar keputusan mereka pada 19 Maret," kata Abbas kepada wartawan di kota Ramallah di Tepi Barat pada malam kunjungan utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah George Mitchell.

Kuartet perdamaian yang terdiri atas AS, PBB, Uni Eropa dan Rusia itu telah meminta pada Israel, Maret lalu, untuk membekukan semua kegiatan permukiman Yahudi di tanah Palestina yang diduduki di Tepi Barat dan Jerusalem timur yang dicaplok.

Jerusalem timur adalah separuh Kota Suci yang sebagian besar penduduknya orang Arab, yang Israel rebut dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian negara itu caplok.

Israel dengan cepat menolak permintaan Kuartet tersebut, dengan mengatakan permintaan itu telah merusak kesempatan untuk mencapai perjanjian perdamaian.

Kuartet itu juga minta pada Israel dan Palestina untuk memulai lagi pembicaraan mengenai masalah status akhir dengan tujuan untuk mencapai penyelesaian damai dalam 24 bulan.

Mitchell akan mengadakan pembicaraan pada Selasa dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Abbas sebelum kembali ke Washington pada hari berikutnya.

Palestina dan Israel sejak Mei telah mengadakan pembicaraan "dekat" tidak langsung dengan Mitchell sebagai perantara, tapi mereka belum mengadakan pembicaraan langsung sejak agresi Israel di Jalur Gaza yang diperintah Hamas pada Desember 2008 - Januari 2009.

Beberapa pejabat AS mengatakan mereka akan mendorong para menteri luar negeri Arab untuk memberikan "lampu hijau" pada pembicaraan langsung ketika mereka bertemu di Kairo, Mesir, pada akhir Juli mendatang. (S008/K004)