Olimpiade
10 pekan jelang Olimpiade Jepang tambah 3 prefektur berstatus darurat
14 Mei 2021 15:39 WIB
Aparat keamanan memakai papan tanda yang bertuliskan ""Untuk mencegah infeksi, mohon jangan menonton," di sepanjang jalur sebelum dimulainya Festival Maraton Hokkaido-Sapporo 2021, perlombaan setengah maraton dan 10k yang menjadi ajang uji coba untuk lomba maraton Olimpiade Tokyo 2020, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19) di Sapporo, Hokkaido, Jepang, Rabu (5/5/2021). REUTERS/Issei Kato/FOC/djo
Jakarta (ANTARA) - Jepang menambah tiga prefektur berstatus darurat COVID-19, langkah mengejutkan yang mencerminkan kekhawatiran yang berkembang terkait penyebaran virus corona, hanya 10 pekan menjelang dimulainya Olimpiade Tokyo.
Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura, yang juga bertanggung jawab atas penanggulangan virus corona, mengatakan Hokkaido, Okayama dan Hiroshima akan bergabung dengan Tokyo, Osaka dan empat prefektur lainnya pada Minggu, dalam keadaan darurat hingga 31 Mei.
Dengan memperhatikan ekonomi, pemerintah Jepang awalnya mengusulkan deklarasi "semi-darurat" untuk lima prefektur tambahan.
Baca juga: Jepang pangkas jumlah ofisial yang berkunjung ke Olimpiade Tokyo
"Para ahli mengatakan kepada kami bahwa pesan yang kuat harus dikirim ke publik mengingat situasi kritis dengan strain mutan," kata Nishimura di parlemen untuk menjelaskan pencabutan proposal asli oleh pemerintah, dikutip dari Reuters, Jumat.
Saat ini di bawah protokol terbaru, 19 dari 47 prefektur Jepang yang mencakup sekitar 70 persen populasi akan berada di bawah kebijakan pembatasan sosial yang mencakup penutupan restoran pada pukul 8 malam dan larangan alkohol di bar dan restoran.
Lembaga penelitian Dai-chi Life Research Insitute memperkirakan bahwa keadaan darurat sembilan prefektur dapat memangkas sekitar 1 triliun yen (sekitar Rp130,6 triliun) dari produk domestik bruto dan memangkas 57.000 pekerjaan selama beberapa bulan mendatang.
Survei Reuters, Jumat, menunjukkan ekonomi Jepang akan tumbuh jauh lebih lambat dari yang diharapkan sebelumnya pada kuartal ini, tertatih-tatih dikarenakan oleh pembatasan darurat.
Para ahli mengatakan sumber daya medis semakin menipis, sementara dorongan inokulasi Jepang paling lambat di antara negara-negara maju dengan hanya 3 persen dari populasi yang divaksinasi, menurut data Reuters.
Popularitas Perdana Menteri Yoshihide Suga terpukul dengan anggapan bahwa tanggapan pemerintah terhadap virus corona tidak memadai. Survei terbaru oleh Jiji News menempatkan peringkat kepercayaan terhadap kabinet pada 32,2 persen, turun 4,4 poin dari survei sebelumnya.
Baca juga: Petisi tolak Olimpiade diajukan ke pemerintah Tokyo
Anti-Olimpiade
Prefektur Hokkaido, yang akan menjadi tuan rumah acara marathon, melaporkan rekor 712 kasus pada Kamis, sementara Tokyo mencatat 1.010 kasus. Secara nasional, Jepang telah mengonfirmasi 656.000 kasus COVID-19, dengan 11.161 kematian.
Keadaan darurat di Tokyo dan di delapan wilayah lainnya akan berlangsung selama bulan ini, sementara Olimpiade akan berlangsung kurang lebih dua bulan lagi.
Penolakan publik terhadap Olimpiade Musim Panas -- yang telah ditunda satu tahun, dari seharusnya pada 2020 karena pandemi global -- terus berlanjut.
Petisi change.org yang menyerukan pembatalan Olimpiade mengumpulkan lebih dari 350.000 tanda tangan hanya dalam sembilan hari -- rekor tercepat versi Jepang, menurut pembuat petisi -- dan telah diserahkan kepada ketua komite Olimpiade dan Paralimpiade serta Gubernur Tokyo Yuriko Koike.
Menanggapi hal tersebut, CEO SoftBank Group Corp Masayoshi Son, Kamis (13/5) mengatakan bahwa dia "takut" dengan penyelenggaraan Olimpiade, mengkhawatirkan Jepang dan negara-negara yang mengirimkan atletnya ke Tokyo.
Menteri Perekonomian Nishimura menegaskan sikap pemerintah Jepang bahwa mereka akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi pandemi untuk dapat menyelenggarakan Olimpiade yang "aman dan terjamin".
Baca juga: Sejumlah gubernur di Jepang tolak alokasikan RS untuk atlet Olimpiade
Baca juga: IOC yakin Olimpiade Tokyo akan sukses meski ditentang publik
Baca juga: 31 kota tuan rumah Olimpiade Tokyo batal sambut atlet luar negeri
Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura, yang juga bertanggung jawab atas penanggulangan virus corona, mengatakan Hokkaido, Okayama dan Hiroshima akan bergabung dengan Tokyo, Osaka dan empat prefektur lainnya pada Minggu, dalam keadaan darurat hingga 31 Mei.
Dengan memperhatikan ekonomi, pemerintah Jepang awalnya mengusulkan deklarasi "semi-darurat" untuk lima prefektur tambahan.
Baca juga: Jepang pangkas jumlah ofisial yang berkunjung ke Olimpiade Tokyo
"Para ahli mengatakan kepada kami bahwa pesan yang kuat harus dikirim ke publik mengingat situasi kritis dengan strain mutan," kata Nishimura di parlemen untuk menjelaskan pencabutan proposal asli oleh pemerintah, dikutip dari Reuters, Jumat.
Saat ini di bawah protokol terbaru, 19 dari 47 prefektur Jepang yang mencakup sekitar 70 persen populasi akan berada di bawah kebijakan pembatasan sosial yang mencakup penutupan restoran pada pukul 8 malam dan larangan alkohol di bar dan restoran.
Lembaga penelitian Dai-chi Life Research Insitute memperkirakan bahwa keadaan darurat sembilan prefektur dapat memangkas sekitar 1 triliun yen (sekitar Rp130,6 triliun) dari produk domestik bruto dan memangkas 57.000 pekerjaan selama beberapa bulan mendatang.
Survei Reuters, Jumat, menunjukkan ekonomi Jepang akan tumbuh jauh lebih lambat dari yang diharapkan sebelumnya pada kuartal ini, tertatih-tatih dikarenakan oleh pembatasan darurat.
Para ahli mengatakan sumber daya medis semakin menipis, sementara dorongan inokulasi Jepang paling lambat di antara negara-negara maju dengan hanya 3 persen dari populasi yang divaksinasi, menurut data Reuters.
Popularitas Perdana Menteri Yoshihide Suga terpukul dengan anggapan bahwa tanggapan pemerintah terhadap virus corona tidak memadai. Survei terbaru oleh Jiji News menempatkan peringkat kepercayaan terhadap kabinet pada 32,2 persen, turun 4,4 poin dari survei sebelumnya.
Baca juga: Petisi tolak Olimpiade diajukan ke pemerintah Tokyo
Anti-Olimpiade
Prefektur Hokkaido, yang akan menjadi tuan rumah acara marathon, melaporkan rekor 712 kasus pada Kamis, sementara Tokyo mencatat 1.010 kasus. Secara nasional, Jepang telah mengonfirmasi 656.000 kasus COVID-19, dengan 11.161 kematian.
Keadaan darurat di Tokyo dan di delapan wilayah lainnya akan berlangsung selama bulan ini, sementara Olimpiade akan berlangsung kurang lebih dua bulan lagi.
Penolakan publik terhadap Olimpiade Musim Panas -- yang telah ditunda satu tahun, dari seharusnya pada 2020 karena pandemi global -- terus berlanjut.
Petisi change.org yang menyerukan pembatalan Olimpiade mengumpulkan lebih dari 350.000 tanda tangan hanya dalam sembilan hari -- rekor tercepat versi Jepang, menurut pembuat petisi -- dan telah diserahkan kepada ketua komite Olimpiade dan Paralimpiade serta Gubernur Tokyo Yuriko Koike.
Menanggapi hal tersebut, CEO SoftBank Group Corp Masayoshi Son, Kamis (13/5) mengatakan bahwa dia "takut" dengan penyelenggaraan Olimpiade, mengkhawatirkan Jepang dan negara-negara yang mengirimkan atletnya ke Tokyo.
Menteri Perekonomian Nishimura menegaskan sikap pemerintah Jepang bahwa mereka akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi pandemi untuk dapat menyelenggarakan Olimpiade yang "aman dan terjamin".
Baca juga: Sejumlah gubernur di Jepang tolak alokasikan RS untuk atlet Olimpiade
Baca juga: IOC yakin Olimpiade Tokyo akan sukses meski ditentang publik
Baca juga: 31 kota tuan rumah Olimpiade Tokyo batal sambut atlet luar negeri
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: