Sangata (ANTARA News) - Partai Golongan Karya Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kaltim kini dianggap mengalami krisis kader, terbukti Parpol besar itu tidak memiliki calon untuk menjadi bupati atau wakil bupati pada Pilkada setempat 2010-2015.

"Kami sebagai simpatisan Golkar sangat kecewa melihat sikap DPP Golkar yang tidak mengusung kadernya tampil pada Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) Kutim yang tahap pencentangan pada 27 November 2010 mendatang," kata salah seorang simpatisan Golkar Kutim (Kutai Timur) Sudirman di Sangata, Senin

"Karena tidak ada calon dari Golkar ikut ikut bertarung dalam suksesi Kutim periode 2010-2015 membuktikan bahwa Golkar daerah ini mengalami krisis kader," katanya.

Sudirman, warga Sangata Selatan itu sangat menyayangkan keputusan DPP Partai Golkar yang memutuskan tidak mencalonkan kader sendiri untuk menghadapi Pilkada Kutim.

Secara komposisi kursi, maka Golkar Kutim menempatkan lima wakilnya di DPRD Kutim pada pemilu 2009, atau sama dengan Partai Demokrat yang juga memperoleh lima kursi.

Menurut dia bahwa harapannya bersama pendukung Golkar lain di Kutim khususnya Sangata berharap agar mantan bupati Kutim H Mahyudin bisa kembali mencalonkan diri sebagai bupati Kutim periode 2011-2016 tetapi ternyata dia tidak mau.

"Begitu juga dengan kader golkan lainnya juga tidak ada yang disiapkan. Justru H Mahyudin mengaku belum ada kader Golkar Kutim yang siap maju," kata Sudirman.

Hal sama juga dikatakan H. Hasan warga Sangata Selatan lainnya, yang kecewa karena Golkar Kutim tidak mendengar aspirasi rakyat agar maju tanpa berharap berkoaliasi dengan Parpol lain.

"Sedikitnya 16 pengurus Kecamatan Golkar se-Kutim sudah meminta agar Mahyudin maju atau memilih kadernya namun semua ditolak," ujarnya.

DPP Golkar Bidang Organisasi Dan Kaderisasi H. Mahyudin menyampaikan amanat DPP partainya yang tidak mengusung kader golkar maju di pilkada Kutim, berdasarkan hasil keputusan DPP Partai Golkar, setelah melihat perkembangan dan pertimbangan di lapangan.

Ia menambahkan bahwa kemungkinan besar Golkar menjadi pendukung dari pasangan "incumbent" Isran Noor yang berpasangan Ardiansyah Sulaiman.

"Untuk kader Golkar yang ingin tampil sebagai Calon Bupati Kutim periode 2011-2016 di Pilkada Kutim bisa menerima keputusan partai. Saya juga menyampaikan kepada seluruh kader Golkar, apapun yang sudah menjadi keputusan partai harus ditaati," imbuh dia.

Ia mengakui bahwa untuk melawan calon incumbent sangat tidak mudah, pasalnya hasil survei masih menempatkan Isran Noor pada posisi teratas sehingga besar kemungkinan ia bisa memenangkan Pilkada tersebut.

Mahyuudin yang kini menjadi anggota DPR-RI dari Dapil Kaltim menjelaskan bahwa dirinya tidak bersedia maju karena tidak ingin menghianati konstituennya yang ada di 14 Kabupaten/Kota Se-Kaltim yang medukung dirinya untuk menjadi wakil rakyat di pusat.

"Alasan lain, orangtua saya tidak merestui untuk menjadi calon kepala daerah karena menilai tidak ada lagi yang harus diperebutkan," papar Mahyudin.

"DPP semula berencana akan mengusung calon sendiri, yakni Agati Suli namun istri Pak Agati menolak hal itu. Dua calon Golkar lain, yakni Ketua DPD II PG Kutim Mahyunadi dan Sekertaris PG Kasmidi Bulang, hasil surveinya tidak mendukung untuk maju di Pilkada, jadi untuk apa dipaksakan," demikian Mahyudin. (ADI/K004)