Ambon (ANTARA) - Pawai tradisi tapur di Desa Tengah-Tengah, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, Provinsi Maluku untuk menyemarakkan perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah, Rabu, membatasi warga dari luar wilayah masuk demi menghindari kemungkinan penyebaran COVID-19.

Kepala Pemuda Desa Tengah-Tengah, Abdul Gofar Tuharea mengatakan pemerintah desa setempat menerapkan pembatasan warga lain masuk ke wilayah mereka saat pelaksanaan pawai tradisi tapur, karena menghindari penyebaran COVID-19.

"Biasanya memang ramai sekali karena warga desa-desa tetangga juga datang, tapi karena masih situasi pandemi COVID-19, pemerintah desa terpaksa membatasi mereka yang ingin menyaksikan pelaksanaan tapur di desa kami," katanya.

Menurut dia, kendati masih menerapkan pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat, pelaksanaan tradisi tapur tahun ini sudah lebih terbuka dibandingkan tahun sebelumnya, yakni ada pawai takbir dan hadrat keliling kampung sebelum tapur dihantarkan ke Masjid An-Nikmah.

Para saudara pela dan gandong (sistem kekerabatan antar beberapa kampung yang umumnya berbeda keyakinan) Desa Tengah-Tengah juga diundang untuk ikut serta dalam proses "berebut makanan" di atas tapur yang melambangkan kemenangan sebulan berpuasa, tengah malam nanti.

Saudara pela dan gandong Desa Tengah-Tengah adalah Desa Abubu, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, dan Desa Hatusua, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, serta keluarga bermarga Lewaherilla dari Desa Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon yang mayoritas beragama Kristen.

Baca juga: Perajin bungkus ketupat banjiri Pasar Mardika

Baca juga: Tiga Negeri Gelar Panas "Pela Gandong"


"Tahun ini pembatasan hanya diberlakukan saat pawai tapur, orang-orang dari luar wilayah tidak diizinkan masuk, hanya saudara-saudara pela dan gandong kami yang ikut serta tengah malam nanti, setelah prosesi khatam Al Quran anak-anak di sini," ucapnya.

Setahun sebelumnya, kata Abdul Gofar, tradisi tapur dilaksanakan tanpa pawai takbir dan hadrat keliling kampung membawa tapur ke Masjid An-Nikmah. Warga setempat juga hanya dibolehkan menyaksikan dari teras rumah masing-masing.

Selain itu, untuk pertama kalinya saudara pela dan gandong Desa Tengah-Tengah juga diminta untuk tidak hadir dalam prosesi yang sudah dilangsungkan sejak masa leluhur mereka, demi menghindari COVID-19.

"Untuk menghindari COVID-19, tahun lalu pembatasan jarak sosial diberlakukan ketat sesuai imbauan pemerintah. Tidak ada pawai keliling kampung dan keramaian orang berkumpul, saudara-saudara pela dan gandong kami juga kami minta untuk tidak datang," ujarnya.

Berjarak sekitar 32 kilometer dari Kota Ambon, Desa Tengah-Tengah merupakan satu dari enam desa di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, dan satu dari enam desa di Pulau Ambon yang merayakan Idul Fitri 1442 lebih awal.

Umat Muslim di desa itu merayakan memulai lebaran mereka dengan menggelar Shalat Id berjamaah di Masjid An-Nikmah, di bawah pimpinan imam Abdul Haji Tuharea, sekitar pukul 07.00 WIT pagi tadi.

Karena pandemi COVID-19, setahun terakhir pemerintah desa setempat telah menerapkan pembatasan sosial yang cukup ketat, sehingga pawai tradisi tapur yang digelar usai shalat dhuhur pada hari raya Idul Fitri dilaksanakan tak seperti biasanya.

Tapur sendiri merupakan sebutan tradisional Desa Tengah-Tengah untuk nampan atau baki. Dalam tradisi ini, tapur biasanya dibuat dalam ukuran tiga hingga enam meter persegi dari pelepah daun sagu atau bambu disusun rapi dan dihiasi, kemudian diisi beragam penganan dan minuman dari para penghulu masjid, Saniri (dewan adat) maupun warga setempat yang merasa berkecukupan.

Untuk pelaksanaannya, tak jarang warga Tengah-Tengah yang di perantauan turut menyumbangkan uang untuk menyemarakkan tradisi tapur yang melekat dengan budaya berbagi suka cita "memberi makan negeri".

Baca juga: Ratusan peserta ikut Festival Pawai Takbiran di Kota Ternate

Baca juga: Warga Ternate meriahkan tradisi malam lailatulkadar