Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan pentingnya mendorong berbagai bentuk inovasi teknologi yang penting untuk pengembangan produk sektor kelautan dan perikanan agar dapat meningkatkan kualitas produk serta daya saing ekspor nasional.

"Dengan inovasi teknologi ini otomatis akan menarik minat lebih banyak pelaku usaha untuk bergelut dalam bidang usaha pengembangan perikanan budidaya," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan, inovasi teknologi merupakan suatu keharusan di zaman yang serba canggih saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya yang berkelanjutan dan berdaya saing.

Slamet mengapresiasi salah satu inovasi teknologi yang dihasilkan Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang, yaitu inovasi test kit kualitas air guna menjaga produktivitas.

"Ini merupakan capaian yang sangat luar biasa. Saya sangat mengapresiasi dengan inovasi teknologi yang dihasilkan LP2IL Serang yakni test kit Utilitas (Uji Cepat di Lapangan Parameter Nitrit dan Fosfat)," kata Slamet.


Baca juga: KKP kembangkan teknologi lesatkan produksi massal mikroalga


Menurut dia, melalui inovasi teknologi tersebut akan memudahkan pembudidaya dalam melakukan pemantauan kondisi perairan lingkungan budidaya secara rutin dan berkala sehingga diperoleh data yang komprehensif tentang kondisi perairan sehingga mendorong perikanan budidaya untuk meningkatkan produktivitasnya.

Parameter fosfat, lanjutnya, merupakan satu faktor penting pada lingkungan budidaya perikanan karena fosfat merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi kehidupan organisme akuatik terutama dalam kaitannya dengan tingkat kesuburan perairan dan produktivitas perairan. Sedangkan nitrit salah satu senyawa hasil oksidasi nitrogen oleh bakteri yang bersifat toksik bagi hewan akuatik walaupun dalam jumlah yang sedikit.

Sebelumnya, KKP terus-menerus mengingatkan pelaku usaha agar dapat meningkatkan mutu produk ekspor sektor kelautan dan perikanan agar tidak terjadi penolakan produk perikanan Indonesia di pasar global.

"Jaminan mutu ini penting sebagai upaya meningkatkan kepercayaan pasar dunia terhadap produk perikanan Indonesia," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja.


Baca juga: KKP sebar luaskan penerapan teknologi AIS di kapal ikan

Ia mengingatkan Indonesia termasuk dalam jajaran negara pengekspor produk perikanan terbesar di dunia, dengan total ekspor produk perikanan tahun 2020 mencapai 5,2 miliar dolar AS, di mana 4,84 miliar dolar di antaranya berasal dari ikan konsumsi.

Selain itu, ujar dia, pada periode Januari-Maret 2021, nilai ekspor produk perikanan mencapai 1,27 miliar dolar AS, dengan negara tujuan ekspor utama RI adalah Amerika Serikat, China, ASEAN, Uni Eropa, dan negara-negara yang terletak di kawasan Timur Tengah.

Berdasarkan data tahun 2020, sebanyak 2.191 unit pengolahan ikan (UPI) juga telah menembus ekspor ke 157 negara mitra dengan komoditas ekspor utamanya meliputi udang, tuna-cakalang-tongkol, cumi, kepiting-rajungan, rumput laut, dan ikan layur.

"Namun demikian, di balik tingginya data ekspor tersebut, pelaku eksportir produk perikanan Indonesia kerap kali menerima penolakan produk karena tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan negara tujuan ekspor. Menurut data US Food and Drug Administration (FDA) per Desember 2020, pada tahun 2020 terdapat 97 kasus penolakan ekspor perikanan dari Indonesia," katanya.

Sjarief menegaskan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah mengingatkan pentingnya jaminan mutu produk ekspor perikanan Indonesia, karena menentukan daya saing di pasar dunia.


Baca juga: KKP perkenalkan sistem teknologi budi daya ikan dalam ember

Baca juga: KKP kembangkan riset pendingin mini untuk kapal nelayan

Baca juga: KKP latih nelayan Kaltim gunakan teknologi tepat guna