Kupang (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Daerah, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia wilayah Nusa Tenggara Timur Carolus Winfridus Keupung meminta pemerintah daerah serius menyikapi masalah pertambangan dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan hidup.

Keseriusan daerah penting untuk mencegah timbulnya konflik horizontal antarkelompok masyarakat dan kerusakan ekologi akibat merosotnya kualitas lingkungan hidup, kata Winfridus dalam surat elektroniknya, Minggu.

Menurutnya, pertambangan umumnya merusak sistem hidrologi tanah sekitarnya melalui penggalian, penggunaan lahan yang luas akan mengurangi luas wilayah kelola rakyat.

"Masyarakat hanya akan menjadi penikmat warisan jutaan ton limbah tambang dan kerusakan lingkungan dan sosial lainnya," katanya.

Apalagi dicermati bahwa secara global, dunia diambang kegentingan akibat pemanasan global dan perubahan iklim.

Dari aspek sosial ekonomi, katanya, penetapan harga jual mangan yang tidak manusiawi cenderung meresahkan.

Ia menyebut harga batu mangan di Pulau Timor, hingga Juli 2010, berkisar antara Rp900 - Rp1.000/kg, dari sebelumnya Juni Rp1.400 hingga Rp1.750/kg, dan ini membutuhkan intervensi pemerintah daerah.

Penetapan harga ini tidak bisa dibiarkan dengan alasan mengikuti perkembangan harga yang berlaku di pasaran nasional dan internasioanl.

Harga batu mangan yang dijual antarpulau bahkan antarnegara oleh para pengusaha tambang berkisar antara Rp8.000 - Rp10.000/Kg di Surabaya dan sekitar Rp180.000/Kg di China dan negara lainnya.

"Apabila mangan itu diserap tubuh terlalu banyak, maka sanggup merusak hati, membuat iritasi, karsinogen atau menyebabkan kanker pada manusia, hewan dan tumbuhan melalui rantai makanan," katanya.

Oleh karena itu, pemerintah daerah, terutama Provinsi NTT, perlu tegas terhadap pertambangan di NTT umumnya dan Pulau Timor pada khususnya yang sedang gencar menambang mangan. (*)

ANT/R010/AR09