Jakarta (ANTARA) - Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) merekomendasikan agar TNI membentuk Pusat Komando Pertahanan Siber Elektronika (Sibernika) Udara guna menjaga pertahanan udara nasional.

"TNI Angkatan Udara bisa mempeloporinya, bukan hanya menjadi pusat pertahanan udara, tetapi bisa menjadi pusat komando," kata Peneliti (Roots Research) PSAPI Tommy Tamtomo dalam seminar bertajuk "Keamanan Regional dan Pertahanan Udara Nasional" yang digelar secara daring, di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Panglima TNI dan Kapolri tinjau langsung keamanan di Papua

Hal itu, lanjut dia, pernah disampaikannya kepada Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu.

"Panglima TNI pun berencana melakukan hal itu (membentuk komando pertahanan Sibernika)," katanya.

Menurut dia, Sibernika dalam dunia militer pertahanan udara, tidak bisa dilihat oleh kasat mata, namun bisa mengalahkan musuh dan bisa memberikan kekacauan dimana-mana.

"Sehingga ini perlu menjadi perhatian bersama dengan sungguh-sungguh," kata Tommy.

Bahkan, Amerika Serikat juga telah membentuk pusat komando Siber dengan nama US Siber Command. Begitu pun, Inggris, Perancis dan Rusia.

Dikatakannya, dalam lingkungan strategis bila dilihat dari pandangan Sibernika, Singapura telah mengembangkan pesawat tanpa awak, Arrow Unmanned Drone.

Begitu pun, Australia yang bekerja sama dengan Boeing mengembangkan pesawat Loyal Wingman. Pesawat ini bisa menjadi Jet Fighter dalam satu formasi dan bisa menangkis rudal.

"Perkembangan masa depan adalah masa Unmanned Platform. Saya tekankan hal ini, kita tidak bisa lagi berfikir konvensional dalam menjaga pertahanan udara. Ini lah perkembangan negara tetangga, di Selatan dan Utara Indonesia. Tapi China sudah sangat siap dalam bidang elektronik Warfare ini. China sudah bersiap-siap sejak dahulu, dan ini menjadi perhatian dunia," papar Tommy.

Baca juga: PSAPI: Indonesia perlu perkuat pagar imajiner di perairan perbatasan