Panglima TNI, Kasal bahas modernisasi alutsista bersama Komisi I DPR
6 Mei 2021 15:13 WIB
Personel TNI membawa karangan bunga dan menaburkan bunga di perairan utara Bali, Labuan Lalang, Buleleng, Bali, Kamis (29/4/2021). Kegiatan tabur bunga tersebut dilakukan sebagai penghormatan terakhir bagi seluruh awak KRI Nanggala-402 yang gugur setelah kapal selam itu tenggelam di perairan utara Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf.
Jakarta (ANTARA) - Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, dan Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Yudo Margono, menghadiri rapat kerja bersama Komisi I DPR di Jakarta, Kamis, membahas salah satunya modernisasi dan evaluasi sistem kesenjataan.
Dalam rapat kerja itu, ada tiga agenda yang dibahas, yaitu penjelasan peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402, kondisi terkini sistem kesenjataan TNI AL, dan rencana modernisasi sistem kesenjataan, khususnya kapal selam.
Tjahjanto saat membuka sesi paparan, menyatakan, rapat kerja itu jadi kesempatan baik bagi TNI untuk melaporkan kondisi dan evaluasi arsenalnya ke DPR.
Namun, sesi pembahasan mengenai kondisi alutsista dan modernisasi alutsista, termasuk kapal selam TNI AL, berlangsung secara tertutup dan tidak dapat diliput oleh awak media.
Baca juga: TNI AL akui kesulitan evakuasi KRI Nanggala
“Saat ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi tentang kondisi alutsista TNI, khususnya kapal selam yang dimiliki oleh TNI AL, dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melanjutkan modernisasi kapal selam,” kata dia.
Pembahasan mengenai kondisi alutsista dan rencana modernisasi kapal selam TNI AL berlangsung setelah KRI Nanggala-402 tenggelam di perairan utara Pulau Bali saat latihan penembakan rudal dan torpedo bulan lalu.
Dalam rapat itu, dia meminta Margono untuk menjelaskan mengenai kronologi tenggelamnya KRI Nanggala-402, aksi penyelamatan, bantuan-bantuan dari negara-negara sahabat, serta riwayat pemeliharaan dan perbaikan kapal selam itu.
Baca juga: Asosiasi awak kapal selam Jerman berduka bagi kru KRI Nanggala 402
Margono, di hadapan sejumlah anggota Komisi I DPR, menjelaskan bagian KRI Nanggala-402, yaitu periskop dan lampu pengenal, masih dapat dilihat kapal penjejak sea raider milik Komando Pasukan Katak TNI AL pada pukul 03.00 WITA, 21 April 2021.
“Dalam jarak 50 meter, mereka bisa melihat langsung kondisi malam selam KRI Nanggala-402 saat itu (menjelang menyelam ke kedalaman, Red),” kata Yudo.
Namun sampai pukul 05.00 WITA, 21 April, KRI Nanggala-402 tidak juga muncul dan komunikasi dengan kapal putus. Alhasil, diapun memerintahkan jajarannya untuk melakukan pencarian.
Baca juga: Dubes Rusia sampaikan belasungkawa atas tenggelamnya KRI Nanggala-402
“Di sana ada sekitar 21 KRI yang bersamaan pada latihan tersebut dan ada KRI yang memiliki sonar sehingga bisa langsung melaksanakan pencarian. Proses pencarian memakan waktu mulai 21-25 April, di mana pada 24 April pukul 15.00 WITA KRI Nanggala-402 dinyatakan subsunk,” katanya.
Ia juga mengatakan mereka telah melaporkan insiden itu ke panglima TNI dan Presiden Joko Widodo beberapa jam setelah kejadian pada 21 April 2021.
“Kami melaporkan ke Bapak Presiden tentang kejadian ini. Kami sampaikan bahwa kami Kasal bertanggung jawab atas kejadian ini,” kata dia dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR.
Dalam rapat kerja itu, ada tiga agenda yang dibahas, yaitu penjelasan peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402, kondisi terkini sistem kesenjataan TNI AL, dan rencana modernisasi sistem kesenjataan, khususnya kapal selam.
Tjahjanto saat membuka sesi paparan, menyatakan, rapat kerja itu jadi kesempatan baik bagi TNI untuk melaporkan kondisi dan evaluasi arsenalnya ke DPR.
Namun, sesi pembahasan mengenai kondisi alutsista dan modernisasi alutsista, termasuk kapal selam TNI AL, berlangsung secara tertutup dan tidak dapat diliput oleh awak media.
Baca juga: TNI AL akui kesulitan evakuasi KRI Nanggala
“Saat ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi tentang kondisi alutsista TNI, khususnya kapal selam yang dimiliki oleh TNI AL, dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melanjutkan modernisasi kapal selam,” kata dia.
Pembahasan mengenai kondisi alutsista dan rencana modernisasi kapal selam TNI AL berlangsung setelah KRI Nanggala-402 tenggelam di perairan utara Pulau Bali saat latihan penembakan rudal dan torpedo bulan lalu.
Dalam rapat itu, dia meminta Margono untuk menjelaskan mengenai kronologi tenggelamnya KRI Nanggala-402, aksi penyelamatan, bantuan-bantuan dari negara-negara sahabat, serta riwayat pemeliharaan dan perbaikan kapal selam itu.
Baca juga: Asosiasi awak kapal selam Jerman berduka bagi kru KRI Nanggala 402
Margono, di hadapan sejumlah anggota Komisi I DPR, menjelaskan bagian KRI Nanggala-402, yaitu periskop dan lampu pengenal, masih dapat dilihat kapal penjejak sea raider milik Komando Pasukan Katak TNI AL pada pukul 03.00 WITA, 21 April 2021.
“Dalam jarak 50 meter, mereka bisa melihat langsung kondisi malam selam KRI Nanggala-402 saat itu (menjelang menyelam ke kedalaman, Red),” kata Yudo.
Namun sampai pukul 05.00 WITA, 21 April, KRI Nanggala-402 tidak juga muncul dan komunikasi dengan kapal putus. Alhasil, diapun memerintahkan jajarannya untuk melakukan pencarian.
Baca juga: Dubes Rusia sampaikan belasungkawa atas tenggelamnya KRI Nanggala-402
“Di sana ada sekitar 21 KRI yang bersamaan pada latihan tersebut dan ada KRI yang memiliki sonar sehingga bisa langsung melaksanakan pencarian. Proses pencarian memakan waktu mulai 21-25 April, di mana pada 24 April pukul 15.00 WITA KRI Nanggala-402 dinyatakan subsunk,” katanya.
Ia juga mengatakan mereka telah melaporkan insiden itu ke panglima TNI dan Presiden Joko Widodo beberapa jam setelah kejadian pada 21 April 2021.
“Kami melaporkan ke Bapak Presiden tentang kejadian ini. Kami sampaikan bahwa kami Kasal bertanggung jawab atas kejadian ini,” kata dia dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021
Tags: