Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Sebanyak sembilan startup binaan Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya (BIIW-UB) memperoleh dana hibah dari Program Startup Inovasi Indonesia 2021 yang diadakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan total pendanaan sebesar Rp2,5 miliar.

Direktur BIIW-UB Dr Setyono Yudo Tyasmoro dalam keterangannya di Malang, Kamis, menyampaikan kesembilan penerima hibah tersebut terdiri dari empat kelompok startup dan lima kelompok pra-startup.

“Pra-startup merupakan calon wirausaha dengan pendanaan maksimal Rp270 juta, sedangkan startup adalah mereka yang sudah memiliki produk, dengan pendanaan maksimal Rp500 juta,” kata Setyono.

Setelah melalui berbagai tahapan seleksi, mulai dari pengajuan proposal hingga seleksi substansi melalui pitching, sekarang dalam proses pembahasan rencana anggaran biaya oleh BRIN untuk lima pra-startup. “Pemberian dana disesuaikan dengan rencana anggaran yang dibuat," ucapnya.

Untuk kategori start up rata-rata mendapat Rp300 juta, mereka sudah mengikuti wawancara oleh reviewer BRIN dengan pendampingan oleh BIIW. Sedangkan pra-start up kemungkinan wawancara dalam pekan ini. Masing-masing pra-startup ditargetkan mendapat pendanaan minimal Rp250 juta.

Setyono menuturkan keberhasilan sembilan startup binaan BIIW-UB mendapat pendanaan dari BRIN ini karena komitmen Rektor UB dalam pendampingan kewirausahaan mahasiswa. “BIIW mempunyai program Youth Entrepreneur Brawijaya (YEB), yaitu program pendanaan untuk wirausaha mahasiswa yang sudah berjalan sejak tahun 2019, dengan jumlah pendanaan yang terus meningkat setiap tahunnya,” katanya.

Baca juga: UB peringkat 501+ Emerging Economies University Rangkings 2021

Baca juga: 817 riset di 113 perguruan tinggi swasta dapat dana hibah pemerintah


Setiap tahun dilakukan seleksi YEB untuk kategori pra-startup dan startup. Pada tahun pertama, tersaring 30 kelompok yang masing-masing didanai Rp3 juta untuk pra-startup dan Rp10 Juta untuk startup.

Tahun kedua, terdapat 40 kelompok yang didanai Rp5 juta untuk pra-startup dan Rp10 juta untuk startup. Pada tahun 2021 terdapat 37 kelompok yang didanai Rp8 juta untuk pra-startup dan Rp15 juta untuk startup.

“Dana tersebut kami tingkatkan setiap tahun untuk memudahkan para startup memiliki aspek legal bagi usahanya, seperti mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB), izin edar produk, mengurus pendirian CV atau PT. Dari peserta YEB ini kami pilih yang bisnisnya berjalan dengan baik untuk kami ikutkan pendanaan tingkat nasional, yaitu Program Startup Inovasi Indonesia BRIN,” katanya.

Melalui YEB, mereka dituntun oleh mentor, coach, dan pendamping dari BIIW-UB dalam menjalankan usaha. Pendamping merupakan staf BIIW-UB yang bertugas mendampingi startup mulai produksi, marketing, hingga pengurusan aspek legal usaha maupun produk.

Untuk mentor diambil dari pelaku bisnis atau dosen yang bertugas memberikan pengetahuan mengenai bisnis, sedangkan coach disediakan dari pelaku bisnis atau dosen yang memiliki sertifikasi coach yang membantu mengarahkan bisnis dari startup.

“Bukannya kita tiba-tiba mendapatkan dana hibah dari BRIN (sebelumnya Ristek/BRIN), prosesnya panjang, persiapannya dimulai dari YEB. Program yang diinisiasi oleh rektor ini untuk menyiapkan mahasiswa menjadi entrepreneur, dan syukur jika mendapatkan dana lebih besar lagi dari BRIN, sehingga lebih cepat menjadi perusahaan baru,” ungkap Yudo.

Selain mempersiapkan mahasiswa menjadi entrepreneur, prestasi di BRIN juga dapat menunjang kinerja maupun pemeringkatan UB. “Jika mereka sudah mempunyai izin usaha, izin edar, paten atau HAKI, dan sudah memiliki cashflow, dapat digunakan untuk mengisi data inovasi perguruan tinggi di BRIN atau Kemendikbudristek. Ini merupakan salah satu kriteria penilaian kinerja dan untuk pemeringkatan UB,” ujarnya.

Startup binaan BIIW UB telah mendapatkan pendanaan dari BRIN sejak tahun 2018. Pada tahun 2018 berhasil didanai Rp405 juta untuk satu startup dan tahun 2019 didanai Rp2 miliar untuk lima startup.

Dari sembilan startup dan pra-startup yang berhasil didanai tahun ini, terdapat satu startup yang sudah kedua kalinya mendapat pendanaan ini, yaitu produk Sambeleo.

Peserta Startup Inovasi Indonesia ini bukan hanya dari mahasiswa maupun alumni saja, namun juga dari kalangan dosen yang mempunyai invensi yang siap untuk diinovasi.

Dosen penemu invensi ikut sebagai Inventor sedangkan CEO harus alumni atau mahasiswa yang akan menjalankan bisnis inovasi tersebut, tentu saja dengan didahului kesepakatan penyerahan invensi ini kepada CEO dalam suatu perjanjian yang jelas dan sama-sama menguntungkan.

“Jika startup ini bagus perkembangannya, bisa didanai untuk ketiga kalinya dan bisa mendapatkan pendanaan sampai Rp1 miliar. Program dari pemerintah ini memang untuk mendorong munculnya calon-calon pengusaha dari kampus, terutama yang berbasis teknologi dan dibina oleh inkubator bisnis perguruan tinggi,” pungkasnya.

Baca juga: Universitas Brawijaya tempati posisi 301-400 versi THE Impact Ranking

Baca juga: Universitas Brawijaya dipercaya Bappenas kuatkan Program KSST