Ambon (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, menegaskan bahwa potensi di bidang perikanan di perairan Maluku sangat besar, karena itu harus dimanfaatkan untuk menyokong perekonomian Maluku.

"Potensi perikanan yang ada di Maluku harus dimanfaatkan untuk menyokong perekonomian daerah ini khususnya dan Indonesia secara luas," katanya pada Simposium Indonesia-Australia, Business Forum dan Surveilance Forum dalam rangka Sail Banda 2010 yang digelar oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan di Hotel Aston, Natsepa, desa Suli, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Ambon, Jumat.

Fadel Muhammad mengatakan, Maluku memiliki potensi ikan pelagis (ikan laut dalam) dan demersal (ikan yang habitatnya berada di bagian dasar perairan) yang sangat tinggi.

Sumberdaya mencapai ikan 1.640.160 ton per tahun, yang terdiri dari ikan pelagis sebanyak 261.490 ton, pelagis kecil 980.100 ton, demersal 295.500 ton, ikan karang 47.700 ton, udang 44.000 ton, lobster 800 ton dan cumi-cumi 10.570 ton.

Dengan demikian diperlukan adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk memaksimalkan potensi yang ada sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dari pemanfaatan yang dilakukan.

"Perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa khususnya di bidang kelautan dan perikanan," katanya.

Fadel Muhammad menyatakan, kegiatan Simposium tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan dan memperkuat kerjasama pengawasan di sektor perikanan, khususnya di perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Seperti yang sebelumnya telah dilakukan, yakni patroli terkoordinasi, pertukaran data dan informasi pengawasan, serta peningkatan kapasitas dan pelatihan bagi sumberdaya manusia di bidang pengawasan.

Simposium Indonesia-Australia yang digelar pada 30 Juli-1 Agustus 2010 itu sendiri diikuti oleh delegasi yang mewakili lembaga kelautan dan perikanan di dua negara tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia di sektor tersebut.

Meliputi kerjasama antaruniversitas dan lembaga pendidikan, termasuk tindak lanjut kerjasama riset dan karantina, serta mebicarakan bidang-bidang kerjasama kelautan dan perikanan yang potensial untuk dapat ditindaklanjuti pada masa mendatang.

Sedangkan Business Forum diikuti oleh peserta dari lembaga dan asosiasi usaha dari Indonesia, Belanda dan Australia yang tergabung dalam Indonesia-Netherland Association dan Indonesia-Australia Business Council, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA), Badan Koordinasi Penaman Modal (BKPMD), serta pengusaha dan Perseroan Terbatas baik lokal maupun nasional.

Agenda lain yang dilaksanakan pada kesempatan itu, yakni Indonesia-Australia Surveilance Forum yang merupakan pertemuan tahunan antar lembaga pengawasan perikanan Indonesia, dalam hal ini Ditrektorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) dengan Border Protection Command Australia.
(T.KR-IVA/D009/P003)