Politikus PDIP Agustina Wilujeng mengemukakan hal itu ketika berbicara dalam acara live talkshow dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021 yang diselenggarakan DPP PDIP secara daring di Jakarta, Rabu.
"Persoalan terbesar sekolah tatap muka adalah terkait dengan untrust atau ketidakpercayaan publik sebab tidak satu pun tes antigen atau PCR yang dilakukan. Saya kira kalau orang tua tak ada garansi bahwa anaknya akan secure, tak 'kan diizinkan sekolah," ujar Agustina dalam siaran persnya.
Baca juga: Pemerintah dorong pembelajaran tatap muka
Anggaran sekolah kedinasan, misalnya, bisa ditunda terlebih dahulu sebab pendidikan SD hingga SMA lebih penting.
Menurut dia, anggaran Rp200 triliun bisa disiapkan demi memastikan sekolah tatap muka dapat dilaksanakan.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah bisa mendorong agar setiap pemangku kepentingan pendidikan bertanggung jawab dan bergotong royong, baik itu pemerintahan di pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.
"Itu harus. Hal itu adalah jaminan. Dengan begitu, sekolah tatap muka akan terjadi," katanya.
Baca juga: Belajar tatap muka di Batam dihentikan kembali
Mantan legislator PDIP ini meminta pemerintah tidak terlalu lama mempertimbangkannya karena jika tak segera dilaksanakan, pendidikan anak akan menjadi korban.
"Ada 100 juta anak muda Indonesia yang tergantung," kata Budiman.
Dalam acara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim hadir sebagai narasumber. Selain itu, hadir pula Bupati Sumenep Achmad Fauzi dan komedian Kiki Saputri.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto hadir bersama ratusan pengurus daerah PDIP seluruh Indonesia secara daring.