Gorontalo (ANTARA News) - Tiga ribu ekor burung Maleo berhasil dikembalikan ke alam bebas di habitatnya di kawasan hutan Hungoyono, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), kurun tujuh tahun terakhir ini.

Pernyataan ini datang dari Wildlife Conservation Society (WCS), salah satu organisasi lingkungan, yang fokus menjaga kelestarian satwa endemik yang bernama latin Macrocephalon maleo ini.

"Sejak kami hadir di Hungoyono, tahun 2003 silam, sudah sebanyak itu burung maleo yang kami lepaskan kembali ke alam bebas, tapi jumlah itu terbilang sedikit," ujar Usman Laheto, Asisten Project WCS di Gorontalo, Kamis.

Dia mengatakan, satwa yang dikenal anti poligami ini, memang nyaris punah keberadaannya, selain telurnya acap dimangsa binantang seperti biawak dan elang, manusia juga turut menjadi predator yang mengancam.

"Satwa itu terus diburu, juga telurnya, selain itu, kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia turut menghancurkan tempat maleo bertelur," Kata dia.

Kamp Hungoyono yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bone Bolango, lanjutnya, merupakan tempat terbesar habitat burung Maleo di Gorontalo, di kawasan ini WCS mendirikan empat tempat penangkaran burung maleo untuk mencegah kepunahan.

Dalam sebulan, rata-rata 40 hingga 80 butir telur burung Maleo berhasil diselamatkan dan ditetaskan dalam tempat penangkaran tersebut.

Burung maleo yang juga dikenal sangat pemalu ini ,pada umumnya bertelur di tempat-tempat yang memiliki panas bumi, seperti di tepi pantai, dan di di kawasan yang memiliki energi panas bumi (Geothermal), seperti halnya yang terdapat di Hungoyono.

(KR-SHS/S026)