Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada enam sektor lapangan usaha yang masih mampu menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2021.

"Masih ada enam sektor lapangan usaha yang positif, sisanya masih terkontraksi," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu.

Suhariyanto memaparkan enam sektor lapangan usaha tersebut adalah informasi dan komunikasi, pengadaan air, jasa kesehatan, pertanian, pengadaan listrik dan gas, serta real estat.

Baca juga: BPS catat ekonomi triwulan I-2021 terkontraksi 0,74 persen

Dari enam sektor tersebut, sektor informasi dan komunikasi tercatat tumbuh paling tinggi 8,72 persen, diikuti pengadaan air 5,49 persen, jasa kesehatan 3,64 persen dan pertanian 2,95 persen.

Namun, sektor lapangan usaha yang menyumbang kontribusi terbesar dari PDB seperti industri, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan masih mengalami kontraksi pada triwulan I-2021.

Sektor industri pengolahan masih tumbuh negatif 1,38 persen, diikuti perdagangan yang mengalami kontraksi 1,23 persen, konstruksi 0,79 persen dan pertambangan 2,02 persen.

Baca juga: Stafsus Presiden: Pertumbuhan ekonomi kuartal II,III, IV akan positif

Dua sektor lapangan usaha yang masih terdampak parah dari pandemi COVID-19 adalah transportasi dan pergudangan yang tumbuh negatif 13,12 persen serta akomodasi dan makanan minuman 7,26 persen.

"Kalau melihat pergerakan berbagai sektor ini, proses pemulihan akan berbeda-beda. Sektor yang bergantung pada mobilitas masyarakat masih akan membutuhkan waktu lama untuk pick up," kata Suhariyanto.

Meski demikian, menurut dia, terdapat sinyal pemulihan ekonomi mengingat sektor yang terkontraksi tersebut masih bisa tumbuh lebih baik daripada triwulan sebelumnya.

Misalnya, lanjut Suhariyanto, sektor industri pengolahan yang terkontraksi 1,38 persen, tumbuh lebih baik dari triwulan IV-2020, yang tumbuh negatif sebesar 3,14 persen.

Demikian juga, sektor perdagangan yang terkontraksi 1,23 persen, tumbuh lebih baik dari triwulan IV-2020, yang tumbuh negatif sebesar 3,64 persen.

Sebelumnya, BPS mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan I-2021 masih tumbuh negatif atau kontraksi 0,74 sebesar persen (yoy), meski sejumlah tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai terlihat.

Tanda-tanda pemulihan ekonomi tersebut antara lain membaiknya Indeks Penjualan Ritel, Indeks Keyakinan Konsumen maupun PMI Manufaktur pada Januari-Maret 2021.

Kemudian, penjualan mobil, konsumsi listrik dan permintaan semen yang meningkat juga memberikan adanya sinyal positif pemulihan ekonomi Indonesia.