Ekonom : Domestik ekonomi bantu Indonesia bertahan saat pandemi
Ilustrasi: Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan tas di rumah produksi, Kampung Babakan Nangka, Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong Kabupatean Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (19/2/2021). Dalam rangka mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional, Bank Indonesia menempuh langkah kebijakan salah satunya melalui UMKM yaitu memperpanjang perluasan akseptasi QRIS 12 juta merchant dengan kolaborasi bersama PJSP, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah, mendorong kolaborasi e-commerce, UMKM, dan Pemerintah untuk memperkuat daya saing produk UMKM domestik baik untuk penjualan dalam negeri maupun ekspor, serta memperpanjang MDR QRIS 0 persen. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/hp.
“Ekonomi kita orientasinya adalah domestik ekonomi. Data menunjukkan porsi ekspor impor kita terhadap PDB rendah, jadi kalau kita bisa menghidupkan ekonomi domestik kita maka kita akan cukup survive melewati masa pandemi ini,” kata Hendri Saparani saat diskusi daring, Selasa,
Namun yang menjadi kendala, lanjut dia, seberapa besar pengaruh insentif-insentif yang diberikan pemerintah untuk menggerakkan domestik ekonomi.
Menurut data CORE, mobilitas orang sudah terjadi tetapi tidak diikuti oleh konsumsi rumah tangga yang masih jauh di bawah kondisi pra-pandemi.
“Indeks penjualan riil masih tajam negatifnya, artinya konsumsi rumah tangga belum mendorong penjualan ritel atau produk yang diminati masyarakat,” ujar dia.
Hal tersebut disebabkan karena kelas menengah atas yang 82 persen berkontribusi terhadap konsumsi rumah tangga belum banyak melakukan aktivitas ekonomi. Sedangkan masyarakat golongan ke bawah masih sangat bergantung dengan berbagai program bantuan sosial yang diberikan pemerintah.
Baca juga: Ekonomi domestik dan UMKM, sebuah upaya penguatan ekonomi nasional
Kemudian sebanyak 2,9 juta orang kehilangan pekerjaan saat pandemi sehingga mereka tidak punya tambahan pendapatan untuk berbelanja.
“Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia karena 56 persen dari ekonomi kita adalah konsumsi. Jadi bagaimana kita bisa menggerakkan konsumsi kembali,” katanya.
Hendri Saparani mengatakan APBN sebagai domestik ekonomi, bisa menjadi kunci penyangga pertumbuhan ekonomi bila realisasinya lebih cepat dan didesain dengan tepat. Selain itu, diperlukan sejumlah terobosan kebijakan agar pertumbuhan ekonomi di kuartal II hingga IV bisa di atas 5 persen.
“Yang digelontorkan pemerintah (dana PEN) tidak sedikit, tetapi tidak diintegrasikan sehingga multiplier effectnya menjadi terbatas. Kalau kita lakukan beberapa terobosan kita akan mencapai di atas 5 persen seperti yang diharapkan pemerintah,” kata nya.
Adapun Presiden Joko Widodo meminta seluruh jajaran kabinet merealisasikan pertumbuhan ekonomi di level 7 persen pada kuartal II 2021, naik signifikan dibandingkan kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen.
Baca juga: BI: Perbaikan ekonomi domestik lambat tapi berlanjut seiring vaksinasi
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021