Wapres: Bangun ketahanan pangan keluarga untuk hadapi pandemi COVID-19
3 Mei 2021 15:06 WIB
Tangkapan layar - Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan sambutan pada Seminar Nasional Ketahanan Pangan Keluarga dan Amaliyah Ramadhan 1442 Hijriah, yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara daring, Senin (3/5/2021). ANTARA/Fransiska Ninditya.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta masyarakat mulai membangun ketahanan pangan dari tingkat keluarga, sebagai kelompok sosial paling kecil dalam masyarakat, khususnya dalam menghadapi pandemik COVID-19.
"Di saat bangsa Indonesia sedang menghadapi cobaan pandemik COVID-19, diperlukan ketahanan pangan yang dimulai dari keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat," kata Wapres saat membuka Seminar Nasional Ketahanan Pangan Keluarga dan Amaliyah Ramadhan 1442 Hijriah secara daring, Senin.
Berdasarkan riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang Dampak Pandemik COVID-19 terhadap Ketahanan Pangan Keluarga, Wapres menyebutkan kelompok rumah tangga tahan pangan (food secure) di Indonesia baru tercatat mencapai 64 persen.
Sementara sisanya masuk dalam kategori rawan pangan, yang terbagi menjadi tiga kelompok, yakni rawan pangan tanpa kelaparan (28,84 persen), rawan pangan kelaparan moderat (10,14 persen) dan rawan pangan kelaparan akut (1,95 persen).
"Keluarga sebagai komunitas masyarakat terkecil di masyarakat memegang peranan penting dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional," tukas-nya.
Pandemik COVID-19 yang menimbulkan krisis pangan di banyak negara, juga menjadi peringatan bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan kemandirian pangan.
Baca juga: Wapres: Ketidaktahanan pangan keluarga tak identik dengan kemiskinan
Baca juga: Wapres: Ketahanan pangan berpengaruh pada stabilitas politik negara
"Salah satu dampak pandemik COVID-19 yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah terjadinya kelangkaan dan krisis pangan dunia, seperti yang telah diingatkan oleh Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)," tutur-nya.
FAO (Food and Agriculture Organisations of the United Nations) meminta negara-negara penghasil pangan besar di dunia untuk mengambil langkah pengamanan cadangan pangan dalam negeri untuk memastikan terjaminnya stok pangan nasional, ujarnya.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat keluarga, Wapres mengatakan Pemerintah memiliki beberapa program pemberdayaan masyarakat, antara lain Lumbung Pangan Masyarakat, Pengembangan Pertanian Keluarga (Family Farming), Pekarangan Pangan Lestari dan Pekarangan Pangan Lestari Stunting.
"Pemerintah senantiasa berupaya keras agar dapat mencukupi kebutuhan pangan sendiri melalui kegiatan perluasan lahan dengan membangun food estate, meningkatkan produktivitas, membangun infrastruktur pendukung pertanian seperti bendungan dan saluran irigasi, dan menyediakan benih unggul," ujarnya.
Baca juga: Wapres: Perwujudan ketahanan pangan masih jadi pekerjaan rumah
"Di saat bangsa Indonesia sedang menghadapi cobaan pandemik COVID-19, diperlukan ketahanan pangan yang dimulai dari keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat," kata Wapres saat membuka Seminar Nasional Ketahanan Pangan Keluarga dan Amaliyah Ramadhan 1442 Hijriah secara daring, Senin.
Berdasarkan riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang Dampak Pandemik COVID-19 terhadap Ketahanan Pangan Keluarga, Wapres menyebutkan kelompok rumah tangga tahan pangan (food secure) di Indonesia baru tercatat mencapai 64 persen.
Sementara sisanya masuk dalam kategori rawan pangan, yang terbagi menjadi tiga kelompok, yakni rawan pangan tanpa kelaparan (28,84 persen), rawan pangan kelaparan moderat (10,14 persen) dan rawan pangan kelaparan akut (1,95 persen).
"Keluarga sebagai komunitas masyarakat terkecil di masyarakat memegang peranan penting dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional," tukas-nya.
Pandemik COVID-19 yang menimbulkan krisis pangan di banyak negara, juga menjadi peringatan bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan kemandirian pangan.
Baca juga: Wapres: Ketidaktahanan pangan keluarga tak identik dengan kemiskinan
Baca juga: Wapres: Ketahanan pangan berpengaruh pada stabilitas politik negara
"Salah satu dampak pandemik COVID-19 yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah terjadinya kelangkaan dan krisis pangan dunia, seperti yang telah diingatkan oleh Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)," tutur-nya.
FAO (Food and Agriculture Organisations of the United Nations) meminta negara-negara penghasil pangan besar di dunia untuk mengambil langkah pengamanan cadangan pangan dalam negeri untuk memastikan terjaminnya stok pangan nasional, ujarnya.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat keluarga, Wapres mengatakan Pemerintah memiliki beberapa program pemberdayaan masyarakat, antara lain Lumbung Pangan Masyarakat, Pengembangan Pertanian Keluarga (Family Farming), Pekarangan Pangan Lestari dan Pekarangan Pangan Lestari Stunting.
"Pemerintah senantiasa berupaya keras agar dapat mencukupi kebutuhan pangan sendiri melalui kegiatan perluasan lahan dengan membangun food estate, meningkatkan produktivitas, membangun infrastruktur pendukung pertanian seperti bendungan dan saluran irigasi, dan menyediakan benih unggul," ujarnya.
Baca juga: Wapres: Perwujudan ketahanan pangan masih jadi pekerjaan rumah
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021
Tags: