Semarang (ANTARA News) - Pengamat komunikasi Universitas Diponegoro Semarang, Triyono Lukmantoro, mengecam infotainment sabagai mencari sensasi semata yang tidak memedulikan kode etik jurnalistik.

"Hanya untuk menghibur masyarakat, namun tidak memedulikan kode etik jurnalistik," katanya di Semarang, Senin.

Ia menilai sikap Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kurang tegas terhadap media yang menayangkan infotainmen sehingga mereka masih menyajikannya dengan lebih menyoroti rumor artis.

Seharusnya, katanya, KPI menegur stasiun televisi atas tayangan itu, tidak hanya menegur rumah produksi infotainmen.

"Harusnya teguran itu langsung kepada stasiun televisi, tidak hanya kepada salah satu rumah produksi infotainmen," katanya.

Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Undip Semarang itu menilai tayangan infotainmen berdampak buruk terhadap segala aktivitas kalangan seniman.

"Terjadi penyempitan ruang gerak aktivitas seniman karena mudahnya infotainmen mengeksploitasi mereka," katanya.

Ia mengemukakan, isi tayangan "infotainment" selama ini lebih menyoroti privasi para seniman ketimbang prestasi dan hasil karyanya.

Ia mengemukakan, tayangan itu hanya mendatangkan keuntungan berupa iklan bagi stasiun televisi dan rumah produksi.(*)

ANT*M029/AR09