Hujan tak turun, warga Gunung Kidul-DIY mulai kesulitan air bersih
2 Mei 2021 21:04 WIB
Pemkab Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berupaya melakukkan pipanisasi untuk menurunkan dampak warga kesulitan mendapat air bersih. (FOTO ANTARA/Sutarmi)
Gunung Kidul, DIY (ANTARA) - Warga di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mulai kesulitan mendapatkan air bersih karena beberapa pekan terakhir tidak ada hujan yang mengguyur wilayah ini.
Sekretaris Camat Girisubo Arif Yahya di Gunung Kidul, Minggu, membenarkan sudah ada warga yang mulai kesulitan mendapatkan air bersih, seperti di Desa Jerukwudel.
"Sampai saat ini belum ada laporan resmi yang masuk, tapi sudah ada armada pengangkut air yang beroperasi,” katanya.
Ia juga mengatakan pemerintah kecamatan belum bisa menyebutkan dampak secara resmi warga yang mengalami kekurangan air bersih. Hal ini dikarenakan, pihaknya baru akan melakukan koordinasi dengan kalurahan guna mendata warga terdampak kekeringan.
"Minggu-minggu ini, kami akan melakukan pemetaan wilayah yang sudah mulai kekurangan air bersih. Kami juga akan menyiapkan strategi bagaimana distribusi air bersih tepat sasaran dan tepat waktu, apalagi menghadapi Lebaran 2021 ini, kebutuhan air bersih pasti akan meningkat," katanya.
Arif mengarakan wilayah Girisubo memiliki sumber air yang minim. Pada saat kemarau sering mengalami krisis air bersih, tidak begitu terdampak seperti daerah lain. Tahun lalu, ada sekitar 60 dusun di delapan desa yang membutuhkan bantuan air bersih, baik yang dilaksanakan kecamatan maupun BPBD Gunung Kidul.
"Setiap tahun, Girisubo menjadi langganan krisis air bersih. Sehingga kami menyiapkan anggaran untuk distribusi air bersih kepada warga, sekaligus armadanya," kata Arif Yahya.
Salah seorang pengusaha tangki angkutan air bersih di Desa Jerukwudel, Girisubo, Kitut Sakiran mengatakan hujan di wilayahnya sudah tidak turun sejak beberapa minggu lalu. Kondisi ini berdampak terhadap stok cadangan air bersih milik warga yang mulai habis.
Ia mengakui sejak satu pekan lalu kebanjiran permintaan pengiriman air bersih ke masyarakat. Setiap hari bisa mengirimkan sebanyak delapan sampai 10 tangki kapasitas 5.000 liter.
Adapun harga sangat bergantung dengan jarak dan kondisi medan yang harus dilalui. Harga termurah dipatok untuk wilayah di sekitaran kecamatan atau di wilayah Desa Pucung, harganya di kisaran Rp90 ribu sampai Rp100 ribu per tangki.
Selanjutnya, harga air bersih di wilayah Desa Tileng bisa mencapai Rp120 ribu per tangki sekali pengiriman. Adapun harga pengiriman termahal terjadi di wilayah Songbanyu tepatnya di Dusun Putat, Selang, Joho dan Gesik dengan harga Rp200 ribu per tangki.
"Harga air bersih satu tangki tergantung jarak tempuh dan kondisi geografis," demikian Kitut Sakiran.
Baca juga: Pemkab Gunung Kidul tetapkan status tanggap darurat kekeringan
Baca juga: ACT DIY gencarkan distribusi air bersih ke Gunung Kidul
Baca juga: BPBD Gunung Kidul prediksi warga terdampak kekeringan 101.181 jiwa
Baca juga: Sekitar 129.788 jiwa di Gunung Kidul terdampak kekeringan
Sekretaris Camat Girisubo Arif Yahya di Gunung Kidul, Minggu, membenarkan sudah ada warga yang mulai kesulitan mendapatkan air bersih, seperti di Desa Jerukwudel.
"Sampai saat ini belum ada laporan resmi yang masuk, tapi sudah ada armada pengangkut air yang beroperasi,” katanya.
Ia juga mengatakan pemerintah kecamatan belum bisa menyebutkan dampak secara resmi warga yang mengalami kekurangan air bersih. Hal ini dikarenakan, pihaknya baru akan melakukan koordinasi dengan kalurahan guna mendata warga terdampak kekeringan.
"Minggu-minggu ini, kami akan melakukan pemetaan wilayah yang sudah mulai kekurangan air bersih. Kami juga akan menyiapkan strategi bagaimana distribusi air bersih tepat sasaran dan tepat waktu, apalagi menghadapi Lebaran 2021 ini, kebutuhan air bersih pasti akan meningkat," katanya.
Arif mengarakan wilayah Girisubo memiliki sumber air yang minim. Pada saat kemarau sering mengalami krisis air bersih, tidak begitu terdampak seperti daerah lain. Tahun lalu, ada sekitar 60 dusun di delapan desa yang membutuhkan bantuan air bersih, baik yang dilaksanakan kecamatan maupun BPBD Gunung Kidul.
"Setiap tahun, Girisubo menjadi langganan krisis air bersih. Sehingga kami menyiapkan anggaran untuk distribusi air bersih kepada warga, sekaligus armadanya," kata Arif Yahya.
Salah seorang pengusaha tangki angkutan air bersih di Desa Jerukwudel, Girisubo, Kitut Sakiran mengatakan hujan di wilayahnya sudah tidak turun sejak beberapa minggu lalu. Kondisi ini berdampak terhadap stok cadangan air bersih milik warga yang mulai habis.
Ia mengakui sejak satu pekan lalu kebanjiran permintaan pengiriman air bersih ke masyarakat. Setiap hari bisa mengirimkan sebanyak delapan sampai 10 tangki kapasitas 5.000 liter.
Adapun harga sangat bergantung dengan jarak dan kondisi medan yang harus dilalui. Harga termurah dipatok untuk wilayah di sekitaran kecamatan atau di wilayah Desa Pucung, harganya di kisaran Rp90 ribu sampai Rp100 ribu per tangki.
Selanjutnya, harga air bersih di wilayah Desa Tileng bisa mencapai Rp120 ribu per tangki sekali pengiriman. Adapun harga pengiriman termahal terjadi di wilayah Songbanyu tepatnya di Dusun Putat, Selang, Joho dan Gesik dengan harga Rp200 ribu per tangki.
"Harga air bersih satu tangki tergantung jarak tempuh dan kondisi geografis," demikian Kitut Sakiran.
Baca juga: Pemkab Gunung Kidul tetapkan status tanggap darurat kekeringan
Baca juga: ACT DIY gencarkan distribusi air bersih ke Gunung Kidul
Baca juga: BPBD Gunung Kidul prediksi warga terdampak kekeringan 101.181 jiwa
Baca juga: Sekitar 129.788 jiwa di Gunung Kidul terdampak kekeringan
Pewarta: Sutarmi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: