"Pendapatan dan laba menurun karena tidak tercapainya kinerja operasional akibat kondisi hujan cukup tinggi di daerah Tanjung Enim dan sekitarnya," kata Suryo dalam konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Baca juga: RUPST 2021, PTBA miliki jajaran direksi baru
Selama kuartal I 2021, Bukit Asam juga mencatatkan volume produksi batu bara 4,5 juta ton. Volume produksi itu lebih kecil ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar 5,5 juta ton.Baca juga: RUPST 2021, PTBA miliki jajaran direksi baru
Sementara itu, volume penjualan batu bara perseroan dalam periode yang sama tercatat mencapai 5,9 juta ton atau turun 13,23 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 6,8 juta ton.
"Curah hujan tinggi memberatkan operasional tambang karena pasca hujan ada momen slippery, yaitu jeda waktu tunggu 2-4 jam," kata Suryo.
Lebih lanjut, dia optimistis Bukit Asam bisa menorehkan kinerja yang positif pada kuartal II-2021 karena musim kemarau mulai tiba, sehingga perseroan bisa memaksimalkan aktivitas pertambangan batu bara.
Perolehan pendapatan tersebut turun 22 persen dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp5,12 triliun.
Baca juga: PTBA kembangkan proyek peningkatan angkutan batu bara
Baca juga: PTBA siapkan Rp3,8 triliun untuk diversifikasi bisnis batu bara
Baca juga: PTBA kembangkan proyek peningkatan angkutan batu bara
Baca juga: PTBA siapkan Rp3,8 triliun untuk diversifikasi bisnis batu bara