UNICEF: Masa pandemi ganggu pemantauan tumbuh kembang baduta
29 April 2021 17:26 WIB
Ilustrasi - Lomba Baduta ASI Sehat di Dinkes HSU bayi dan balita ditimbang untuk mengetahui perkembangan gizi dan kesehatannya. (Antaranews Kalsel/Nata/Eddy Abdillah)
Jakarta (ANTARA) - Spesialis nutrisi dari UNICEF Sri Sukotjo mengatakan bahwa masa pandemi telah mengganggu kegiatan pemantauan tumbuh kembang pada anak usia di bawah dua tahun (baduta).
"Itu dikarenakan hanya sepertiga anak usia 0-23 bulan yang ditimbang pada bulan Maret hingga Juni 2020," kata Sri Sukotjo atau yang karib disapa Ninik dalam acara seminar daring bertajuk "Peringatan Hari Posyandu dan Balita, Jaga Balita Tetap Sehat dan Terpantau Tumbuh Kembangnya di Masa Pandemi", yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, dari hasil kajian UNICEF, diketahui bahwa posyandu tutup di awal masa pandemi.
"Pada awal-awal pandemi, Maret-April (kunjungan) sangat rendah, karena (posyandu) tutup, kunjungan ke rumah juga tidak ada," kata dia.
Baca juga: UNICEF: Makanan tidak sehat telah dikenalkan pada anak usia 6-23 bulan
Baca juga: UNICEF: 50 persen bayi Indonesia usia 6-11 bulan minum susu formula
Kemudian pada Maret hingga Juni 2020, ibu dan baduta yang melakukan kunjungan ke posyandu lebih dari dua kali hanya 15 persen. Sementara yang datang satu kali ke posyandu mencapai 54 persen.
"Padahal seharusnya Maret hingga Juni 2020 itu kedatangan dilaksanakan empat kali," katanya.
Selain itu tercatat bahwa hanya 47 persen ibu yang mendapatkan konseling ketika menimbang anaknya atau memantau pertumbuhan anaknya.
"Kurang dari setengah dari para ibu yang mengasuh yang dapat konseling. Jadi hanya 47 persen. Dan tempat terbanyak dilakukan konseling di posyandu," katanya.
Kemudian tercatat hanya 32 persen ibu yang mendengar pesan makanan sehat dari posyandu, puskesmas ataupun konseling dari tenaga kesehatan.
"Padahal sangat penting konseling-konseling pemberian makanan ini untuk pastikan kualitas asupan makanan itu makanan sehat," kata Ninik.
Data ini diketahui dari hasil kajian yang dilakukan UNICEF di bulan Agustus 2020 dengan sasaran anak-anak usia 0 - 23 bulan dan para ibu di enam provinsi yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta.
Survei ini merupakan bagian dari kegiatan subkluster gizi untuk melihat praktik Promosi dan Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sebelum dan sesudah pandemi serta layanan posyandu pada masa pandemi.*
Baca juga: Jepang-UNICEF dukung peningkatan rantai dingin vaksin di Indonesia
Baca juga: Pontianak berikan bantuan uang transportasi kepada guru mengaji
"Itu dikarenakan hanya sepertiga anak usia 0-23 bulan yang ditimbang pada bulan Maret hingga Juni 2020," kata Sri Sukotjo atau yang karib disapa Ninik dalam acara seminar daring bertajuk "Peringatan Hari Posyandu dan Balita, Jaga Balita Tetap Sehat dan Terpantau Tumbuh Kembangnya di Masa Pandemi", yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, dari hasil kajian UNICEF, diketahui bahwa posyandu tutup di awal masa pandemi.
"Pada awal-awal pandemi, Maret-April (kunjungan) sangat rendah, karena (posyandu) tutup, kunjungan ke rumah juga tidak ada," kata dia.
Baca juga: UNICEF: Makanan tidak sehat telah dikenalkan pada anak usia 6-23 bulan
Baca juga: UNICEF: 50 persen bayi Indonesia usia 6-11 bulan minum susu formula
Kemudian pada Maret hingga Juni 2020, ibu dan baduta yang melakukan kunjungan ke posyandu lebih dari dua kali hanya 15 persen. Sementara yang datang satu kali ke posyandu mencapai 54 persen.
"Padahal seharusnya Maret hingga Juni 2020 itu kedatangan dilaksanakan empat kali," katanya.
Selain itu tercatat bahwa hanya 47 persen ibu yang mendapatkan konseling ketika menimbang anaknya atau memantau pertumbuhan anaknya.
"Kurang dari setengah dari para ibu yang mengasuh yang dapat konseling. Jadi hanya 47 persen. Dan tempat terbanyak dilakukan konseling di posyandu," katanya.
Kemudian tercatat hanya 32 persen ibu yang mendengar pesan makanan sehat dari posyandu, puskesmas ataupun konseling dari tenaga kesehatan.
"Padahal sangat penting konseling-konseling pemberian makanan ini untuk pastikan kualitas asupan makanan itu makanan sehat," kata Ninik.
Data ini diketahui dari hasil kajian yang dilakukan UNICEF di bulan Agustus 2020 dengan sasaran anak-anak usia 0 - 23 bulan dan para ibu di enam provinsi yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta.
Survei ini merupakan bagian dari kegiatan subkluster gizi untuk melihat praktik Promosi dan Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sebelum dan sesudah pandemi serta layanan posyandu pada masa pandemi.*
Baca juga: Jepang-UNICEF dukung peningkatan rantai dingin vaksin di Indonesia
Baca juga: Pontianak berikan bantuan uang transportasi kepada guru mengaji
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: