Kemendes petakan produk desa sukseskan Indonesia Spice Up The World
29 April 2021 15:48 WIB
Menteri Desa, PDTT, Abdul Halim Iskandar mengikuti virtual meeting Program Indonesia Spice Up The World bersama sejumlah menteri, pengusaha kuliner dan bumbu, Jakarta, Kamis (29/4/2021). ANTARA/HO-Kemendes PDTT
Jakarta (ANTARA) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar bakal melakukan pemetaan terkait komoditas dan produk unggulan desa di seluruh Indonesia untuk menyukseskan rencana aksi Indonesia Spice Up The World.
Indonesia Spice Up The World sendiri merupakan sebuah program lintas kementerian/lembaga yang bertujuan lebih memperkenalkan kuliner dan bumbu asli Indonesia kepada dunia.
"Kami mendapat tugas untuk melakukan pemetaan komoditas dan produk unggulan (ekspor kuliner dan bumbu) yang akan kita lakukan," ujar Mendes PDTT dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Dalam kesempatannya saat menghadiri rapat koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi terkait dengan Program Indonesia Spice Up The World dengan Pelaku Usaha Kuliner dan Bumbu, ia menyampaikan, sampai saat ini setidaknya sudah ada 338 desa memiliki produk unggulan rempah-rempah seperti halnya cengkeh, jahe, kapulaga, kayu manis, kemiri, kunyit, kencur, lada, pala, pinang, sereh, vanila, dan kenari.
Baca juga: Menparekraf sebut pentingnya industri kuliner dorong ekonomi Indonesia
Baca juga: Tips bawa oleh-oleh makanan Indonesia ke luar negeri
Dengan potensi sedemikian rupa, lanjut pria yang akrab disapa Gus Menteri ini, BUMDes dapat bekerja sama dengan off taker termasuk eksportir untuk melatih warga, meningkatkan produksi dan memasarkan rempah-rempah dari desa.
Ia mengungkap, data yang ada menunjukkan ekspor komoditas vanila organik yang berasal dari Kabupaten Alor, NTT, sudah mencapai 1,65 ton dengan tujuan Jerman dan Amerika Serikat.
Sedangkan untuk komoditas selai kenari speculaas yang juga berasal dari Kabupaten Alor, NTT, total ekspornya mencapai 2 ton per bulan dengan tujuan Amerika Serikat.
"Akan terus kita lakukan pendampingan dan nanti akan kita koordinasikan dengan kementerian/lembaga agar produk-produk unggulan yang terkait dengan kebutuhan untuk ekspor maupun kebutuhan untuk lokal terkait dengan membumbui dunia itu bisa kita support dari desa,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, hal tersebut sesuai dengan SDGs Desa goals ke lima belas, yakni desa peduli lingkungan darat, serta SDGs Desa goals ke-17, kemitraan untuk pembangunan desa.
Untuk goals ke-17, akan terdapat kerja sama desa dengan desa lain, pihak ketiga, dan lembaga internasional. Selain itu, komoditas desa yang diekspor juga akan meningkat.
Baca juga: 10 kontainer kerupuk udang, bukti flagship Indonesia masih kondang
Baca juga: Pasar Indonesia populerkan kuliner Nusantara di Afrika Selatan
Baca juga: Indonesia bisa belajar dari Thailand untuk naikkan citra kuliner
Indonesia Spice Up The World sendiri merupakan sebuah program lintas kementerian/lembaga yang bertujuan lebih memperkenalkan kuliner dan bumbu asli Indonesia kepada dunia.
"Kami mendapat tugas untuk melakukan pemetaan komoditas dan produk unggulan (ekspor kuliner dan bumbu) yang akan kita lakukan," ujar Mendes PDTT dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Dalam kesempatannya saat menghadiri rapat koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi terkait dengan Program Indonesia Spice Up The World dengan Pelaku Usaha Kuliner dan Bumbu, ia menyampaikan, sampai saat ini setidaknya sudah ada 338 desa memiliki produk unggulan rempah-rempah seperti halnya cengkeh, jahe, kapulaga, kayu manis, kemiri, kunyit, kencur, lada, pala, pinang, sereh, vanila, dan kenari.
Baca juga: Menparekraf sebut pentingnya industri kuliner dorong ekonomi Indonesia
Baca juga: Tips bawa oleh-oleh makanan Indonesia ke luar negeri
Dengan potensi sedemikian rupa, lanjut pria yang akrab disapa Gus Menteri ini, BUMDes dapat bekerja sama dengan off taker termasuk eksportir untuk melatih warga, meningkatkan produksi dan memasarkan rempah-rempah dari desa.
Ia mengungkap, data yang ada menunjukkan ekspor komoditas vanila organik yang berasal dari Kabupaten Alor, NTT, sudah mencapai 1,65 ton dengan tujuan Jerman dan Amerika Serikat.
Sedangkan untuk komoditas selai kenari speculaas yang juga berasal dari Kabupaten Alor, NTT, total ekspornya mencapai 2 ton per bulan dengan tujuan Amerika Serikat.
"Akan terus kita lakukan pendampingan dan nanti akan kita koordinasikan dengan kementerian/lembaga agar produk-produk unggulan yang terkait dengan kebutuhan untuk ekspor maupun kebutuhan untuk lokal terkait dengan membumbui dunia itu bisa kita support dari desa,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, hal tersebut sesuai dengan SDGs Desa goals ke lima belas, yakni desa peduli lingkungan darat, serta SDGs Desa goals ke-17, kemitraan untuk pembangunan desa.
Untuk goals ke-17, akan terdapat kerja sama desa dengan desa lain, pihak ketiga, dan lembaga internasional. Selain itu, komoditas desa yang diekspor juga akan meningkat.
Baca juga: 10 kontainer kerupuk udang, bukti flagship Indonesia masih kondang
Baca juga: Pasar Indonesia populerkan kuliner Nusantara di Afrika Selatan
Baca juga: Indonesia bisa belajar dari Thailand untuk naikkan citra kuliner
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: