Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa reformasi struktural yang sedang diupayakan pemerintah akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas hingga 2025.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan bisa meningkat dengan sumbangan reformasi struktural,” katanya dalam Rakorbangpus 2021 di Jakarta, Kamis.

Sri Mulyani menyebutkan reformasi struktural meliputi lima kebijakan strategis yakni pembangunan sumber daya manusia (SDM), pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, penyederhanaan regulasi, dan transformasi ekonomi.

Baca juga: Presiden optimistis target pertumbuhan ekonomi 2021 tercapai

Ia mengatakan keberhasilan reformasi struktural akan menjadi pembeda "trajectory" pertumbuhan ekonomi dan mengakselerasi pertumbuhan hingga di atas 6 persen.

Menurutnya, tanpa reformasi struktural maka kinerja ekonomi kembali pada pola business as usual (BAU) di kisaran 5 persen dan menciptakan productivity loss mencapai Rp2.301 triliun sepanjang 2021-2025.

Terlebih lagi, ia menuturkan melalui reformasi struktural yang tepat maka pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan mampu mencapai 5,8 persen sedangkan tahun ini 5,3 persen.

“Transformasi struktural ini bisa mendukung atau menyumbangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi terutama pada faktor investasi dan ekspor,” katanya.

Baca juga: ADB proyeksikan ekonomi RI kembali tumbuh 5 persen pada 2022

Ia memerinci melalui reformasi maka pada 2022 konsumsi rumah tangga akan tumbuh 5,2 persen (yoy), konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 7,2 persen (yoy), konsumsi pemerintah 5,2 persen (yoy),investasi 6,6 persen (yoy), ekspor 6,8 persen (yoy) dan impor 6,1 persen (yoy).

“Melalui reformasi maka akselerasi pertumbuhan investasi diharapkan mencapai di atas 7 persen (pada 2025) demikian juga ekspor. Ini bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen tanpa harus membebani APBN,” katanya.