Medan (ANTARA News) - Dewan Pendidikan Sumatera Utara menilai, rintisan sekolah bertaraf internasional dan sekolah bertaraf internasional di daerah itu kurang memiliki standar yang jelas sehingga membingungkan masyarakat.

"Selama ini, belum ada indikator dan standar yang jelas mengenai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) itu," kata Sekretaris Dewan Pendidikan Sumut Mahdi Ibrahim di Medan, Kamis.

Mahdi mengatakan, pihaknya sering mendapatkan keluhan dan ungkapan kebingungan dari masyarakat mengenai berbagai ketentuan yang diterapkan pengelola RSBI dan SBI di Sumut.

Hal itu disebabkan tidak jelasnya indikator penilaian dan standarisasi dalam pengelolaan RSBI dan SBI tersebut.

"Semuanya serba tidak jelas, baik terkait sarana pendidikan, kualitas tenaga pendidik maupun kurikulium yang diberlakukan," kata Mahdi.

Ia menyebutkan, keluhan juga disampaikan masyarakat karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan pihak orang tua yang anak-anaknya mengikuti pendidikan di RSBI dan SBI itu.

Selain biaya pendidikan yang mahal, pengelola RSBI dan SBI di Sumut juga mewajibkan orang tua untuk membayar dana masuk sekolah itu hingga jutaan rupiah.

"Karena itu masyarakat resah dan bingung, sementara standarisasi di RSBI dan SBI tersebut tidak jelas," kata Mahdi yang juga Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumut.

Untuk menyosialisasikan standar dan keberadaan RSBI dan SBI itu, Dewan Pendidikan Sumut akan menyelenggarakan seminar dengan pembicara Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto pada 31 Juli 2010.

Dalam seminar itu, akan dihadirkan seluruh RSBI dan SBI, dinas pendidikan kabupaten/kota, berbagai komite sekolah, rektor perguruan tinggi, pengelola yayasan pendidikan swasta dan anggota Komisi E DPRD di Sumut.

"Diharapkan ada kejelasan mengenai standar RSBI dan SBI dari seminar itu," kata Mahdi. (I023/M020)