Denpasar, 22/7 (ANTARA) - Bali dalam mewujudkan sasaran menjadi provinsi hijau (green province) dan bersih menghadapi berbagai permasalahan sekaligus tantangan, kata Dr IGW Murjana Yasa.

Kendala tersebut antara lain jumlah dan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi serta perubahan gaya hidup masyarakat yang kurang peduli terhadap kelestarian lingkungan, ujar Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (FE Unud) itu di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan itu antara lain melakukan pengerukan pasir laut untuk berbagai kepentingan, sehingga mempercepat terjadinya abarasi pantai.

"Kesadaran masyarakat terhadap kepedulian lingkungan itu sangat penting dapat meningkatkan mutu lingkungan, sekaligus mendukung pengembangan pariwisata berkualitas," ujar Murjana Yasa.

Hal itu sangat penting karena mekanisme pasar erat kaitannya dengan merosotnya fungsi lingkungan.

Ekonomi lingkungan mencakup aktivitas manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa, dengan harapan mampu mempertahankan fungsi lingkungan dalam jangka panjang, namun tetap lestari.

"Masalah polusi dan menipisnya sumber daya senantiasa muncul dari aktivitas manusia keseharian," katanya

Oleh sebab itu aktivitas masyarakat maupun investor dalam menanamkan modal untuk mengembangkan berbagai usaha ekonomis produktif hendaknya betul-betul mendukung Bali menjadi "Green Province".

Dalam proses produksi itu pemilik modal wajib memperbaiki lingkungan sekitarnya, termasuk melakukan penanaman berbagai jenis penghijauan di Pulau Dewata.

Hal itu sebagai upaya menyikapi kegagalan pasar dalam menyelamatkan lingkungan. Penerapan produksi bersih dan eisiensi sumber daya memiliki berbagai keuntungan terkait dengan manajemen lingkungan.

Program produksi bersih dan sektor ekonomi kreatif akan saling mendukung dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sekaligus pertumbuhan ekonomi bermutu, ujar Murjana.
(ANT/P003)