Peneliti: BRIN dorong riset dan inovasi pembangunan Indonesia
28 April 2021 19:05 WIB
Pakar Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Profesor Siti Zuhro dalam diskusi daring yang disiarkan pada akun Youtube Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia - LIPI di Jakarta, Jumat. ANTARA/Abdu Faisal.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) diharapkan dapat mendukung pembangunan Indonesia melalui hasil-hasil riset dan inovasi yang diperlukan dalam pembuatan kebijakan publik.
"Tugas BRIN adalah memetakan kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi dan menyiapkan invensi dan inovasi yang digunakan sebagai solusi permasalahan pembangunan," kata Siti saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Menurut Siti, riset yang dilakukan selama ini tersebar di mana-mana, yakni di kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, dan kurang fokus sehingga dinilai kurang menarik bagi pengguna hasil riset, termasuk pemerintah dan perusahaan.
Dengan dijadikannya BRIN sebagai badan otonom, berarti posisi BRIN sudah cukup jelas, yaitu fokus pada bidang riset dan inovasi yang bisa memajukan Indonesia.
"Masalahnya, bagaimana mengelola lembaga-lembaga penelitian di litbang (penelitian dan pengembangan) kementerian/lembaga dan pemerintah daerah agar bisa integrated dan efektif," ujarnya.
Siti menuturkan ekosistem riset dan inovasi memerlukan dukungan produk invensi dan inovasi, juga dukungan pembiayaan pembangunan, dukungan intermediasi dan transfer teknologi dan dukungan pemanfaatan invensi dan inovasi.
Meskipun peluangnya cukup besar, tapi tantangannya juga besar, antara lain penciptaan ekonomi berbasis inovasi, reformasi birokrasi, adaptif dan efektif, dan akselerasi ekosistem riset inovasi.
Sampai 2025 BRIN diharapkan mampu memperkuat struktur ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi yang memadai, yakni rata-rata di atas 5 persen. Sehingga setelah tahun 2025 Indonesia mampu mempercepat pertumbuhan berbasis inovasi dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 persen.
"Masalahnya, sebagai badan otonom baru BRIN harus membenahi nomenklaturnya sebelum beraktivitas menjalankan rencana program-programnya. Hal ini akan membutuhkan waktu yang tidak singkat, bisa jadi satu tahun atau bahkan lebih untuk menata organisasi," tutur Siti.
"Tugas BRIN adalah memetakan kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi dan menyiapkan invensi dan inovasi yang digunakan sebagai solusi permasalahan pembangunan," kata Siti saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Menurut Siti, riset yang dilakukan selama ini tersebar di mana-mana, yakni di kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, dan kurang fokus sehingga dinilai kurang menarik bagi pengguna hasil riset, termasuk pemerintah dan perusahaan.
Dengan dijadikannya BRIN sebagai badan otonom, berarti posisi BRIN sudah cukup jelas, yaitu fokus pada bidang riset dan inovasi yang bisa memajukan Indonesia.
"Masalahnya, bagaimana mengelola lembaga-lembaga penelitian di litbang (penelitian dan pengembangan) kementerian/lembaga dan pemerintah daerah agar bisa integrated dan efektif," ujarnya.
Siti menuturkan ekosistem riset dan inovasi memerlukan dukungan produk invensi dan inovasi, juga dukungan pembiayaan pembangunan, dukungan intermediasi dan transfer teknologi dan dukungan pemanfaatan invensi dan inovasi.
Meskipun peluangnya cukup besar, tapi tantangannya juga besar, antara lain penciptaan ekonomi berbasis inovasi, reformasi birokrasi, adaptif dan efektif, dan akselerasi ekosistem riset inovasi.
Sampai 2025 BRIN diharapkan mampu memperkuat struktur ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi yang memadai, yakni rata-rata di atas 5 persen. Sehingga setelah tahun 2025 Indonesia mampu mempercepat pertumbuhan berbasis inovasi dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 persen.
"Masalahnya, sebagai badan otonom baru BRIN harus membenahi nomenklaturnya sebelum beraktivitas menjalankan rencana program-programnya. Hal ini akan membutuhkan waktu yang tidak singkat, bisa jadi satu tahun atau bahkan lebih untuk menata organisasi," tutur Siti.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021
Tags: