Bangkok (ANTARA News) - Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah bisa memahami persoalan konflik di provinsi-provinsi berpenduduk mayoritas Muslim di selatan negeri itu.

PM Abhisit, yang menjawab pertanyaan media di kantornya di Bangkok, Selasa (20/7), mengatakan, persoalan di Thailand Selatan sudah disampaikannya kepada Presiden Yudhoyono dalam pertemuan mereka dan Indonesia menyatakan bisa memahami.

Untuk itu, ia menyampaikan penghargaan kepada Kepala Negara RI karena bisa memahami permasalahan tersebut.

Masalah di Thailand Selatan, ditegaskan PM Abhisit, sebagai urusan dalam negeri Thailand, namun karena wilayah itu berpenduduk mayoritas Muslim, maka ia telah menyampaikannya kepada pemimpin Indonesia dan juga Malaysia (dua negara tetangga berpenduduk mayoritas Muslim) mengenai persoalan sesungguhnya.

Persoalan di provinsi-provinsi tersebut ialah masalah-masalah yang menyangkut keterbelakangan ekonomi, yang dimanfaatkan oleh kalangan-kalangan tertentu di kawasan tersebut untuk dijadikan alasan menciptakan kerusuhan.

PM Abhisit menambahkan, dirinya optimistis bahwa masalah konflik di wilayah berpenduduk mayoritas Muslim di tiga provinsi selatan, Narathiwat, Pattani dan Yala, akan bisa diatasi lewat sejumlah pendekatan berdasarkan falsafah Raja Bumibol Adulyadej, "pahami, hampiri dan bangun" (understand, reach out and develop).

Pada masa pemerintahannya, PM Abhisit telah menjadikan upaya mengatasi persoalan di selatan itu sebagai salah satu prioritas nasional utamanya. Cara yang ditempuh antara lain lewat pembentukan Komite Pembangunan Zona Khusus Lima Provinsi Perbatasan Selatan (Committee on the Development of the Five Southern Border Provinces) yang diketuai langsung oleh PM Abhisit.

Lewat pendekatan ini, Pemerintah Thailand akan melaksanakan pembangunan berbagai proyek guna menjawab kebutuhan penduduk-penduduk setempat yang sesungguhnya.

Mulai Oktober 2009, telah dilaksanakan rencana pembangunan lima tahun sampai 2012 untuk provinsi-provinsi tersebut dengan anggaran sebesar 63 miliar Baht, yang belakangan ditambah menjadi 68,7 miliar Baht (berkisar 2,0 miliar dolar AS).

Proyek-proyek yang sepenuhnya akan melibatkan penduduk setempat itu bersasaran pada pengembangan pariwisata, perikanan, perkebunan karet, kelapa sawit dan industri produk-produk makanan halal.

Lewat program tersebut, Pemerintah Thailand menetapkan target akan bisa menaikkan pendapatan per kepala penduduk setempat dari rata-rata 64.000 Baht per tahun saat ini menjadi berkisar 120.000 Baht pada tahun 2012.

Selain itu, Pemerintah Thailand telah pula mengalokasikan dana stimulus untuk meningkatkan standar pendidikan, pembangunan sarana kesehatan dan mendorong pengembangan perekonomian Syariah.

Konflik di Thailand Selatan mulai membesar menjelang akhir tahun 2004 ketika militer menggunakan kekerasan untuk mengatasi gerakan-gerakan kaum muda Muslim di provinsi-provinsi itu menyusul serangan terhadap puluhan pemuda Muslim yang berlindung di Mesjid Krue Se.

Setelah itu, konflik meluas dengan tewasnya puluhan penduduk Muslim di Tak Bai setelah mereka ditangkapi dan diangkut dengan truk-truk militer ke Yala.

Konflik terus berlanjut sampai saat ini dalam bentuk serangan-serangan gerilya ke sasaran baik sipil maupun militer. Konflik di Thailand Selatan sejauh ini telah menyebabkan sedikitnya 500 orang tewas sejak tahun 2004.
(E004*G003/B010)